PENDAHULUANÂ
Media dapat dipahami sebagai suatu sumber belajar berupa orang, benda, atau peristiwa, Media merupakan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, media dapat digunakan dalam berbagai cara sebagai upaya penyalur pesan. Media pembelajaran menawarkan potensi khusus yang mampu membantu siswa dalam belajar, selain membantu siswa media pembelajaran juga dapat mengambil alih beberapa tanggung jawab yang pernah dimiliki pendidik sebagai penyaji konten.Â
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Depdiknas (2007:4) menyatakan bahwa Salah satu dari sekian banyak layanan bimbingan mendasar yang diciptakan untuk mewajibkan konselor melakukan kontak langsung dengan siswa secara sistematis, dan konselor memberikan layanan bimbingan ini kepada siswa, adalah layanan bimbingan klasikal.Â
Praktik bimbingan klasik ini dapat berupa diskusi kelas atau brainstorming siswa. Generasi ini lahir di era televisi berwarna dan remote control, dan mereka sudah menggunakan ponsel sejak SD, dan internet sudah menjadi kebutuhan pokok untuk terhubung kemana-mana.Â
Jasa penawaran tentunya membutuhkan penggunaan media pembelajaran yang dapat dengan mudah membantu guru dalam menyajikan materi atau pesan yang lebih jelas dan mudah dipahami siswa. Video animasi adalah gambar bergerak yang dihasilkan oleh kumpulan banyak item yang telah dirancang khusus untuk berjalan di sepanjang jalur tertentu pada saat tertentu. Objek yang dimaksud antara lain gambar orang, teks, hewan, tumbuhan, dan bangunan. Beberapa orang mendefinisikan animasi video sebagai konversi grafik yang digambar tangan menjadi gambar bergerak yang dihasilkan komputer.Â
Membuat konten animasi sebelumnya membutuhkan visual yang digambar tangan yang terdiri dari lembaran. Namun, seiring kemajuan teknologi komputer, animasi sekarang dibuat langsung di komputer daripada di atas kertas. Siswa dapat belajar tentang tahap proses, fenomena, atau peristiwa saat ini dengan menonton video. Siswa dapat memutar ulang bagian tertentu untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Ini sulit dipahami jika rekamannya disiarkan di televisi. Video dapat dengan jelas menggambarkan langkah-langkah prosedural (misalnya cara menggambar segitiga sama sisi dengan bantuan kompas). Siswa dapat belajar dan membayangkan informasi kompleks dengan lebih baik saat dianimasikan. Animasi biasanya dalam bentuk simulasi, eksperimen, atau teknik. Dengan menggunakan animasi, siswa dapat dengan cepat mempelajari dan memahami proses yang sulit diinterpretasikan menggunakan kata-kata dan grafik, seperti pembelahan sel, proses kimiawi, dan sebagainya. Oleh karena itu, diharapkan dari adanya hal tersebut siswa mampu memahami maksud dari materi yang telah di sampaikan melalui video animasi serta memberikan pemahaman dan pencapaian tugas perkembangan siswa yang ingin dicapai secara optimal.Â
HASIL DAN PEMBAHASANÂ
A. Pengertian Media PembelajaranÂ
Media memiliki pengertian sebagai pengantar atau perantara. Dalam proses pembelajaran, media menjadi suatu sarana perantara informasi bagi guru untuk mengajar kepada siswa agar menggapai informasi atau wawasan yang akan diberikan secara lebih efisien. Media dalam proses pembelajaran lebih condong didefinisikan sebagai photografis, alat grafis maupun elektronis. Media tersebut tidak lain memiliki tujuan untuk memproses informasi visual atau verbal yang akan ditangkap, diproses, dan disusun oleh siswa sebagai suatu informasi atau wawasan selama proses pembelajaran.Â
Selain itu, juga untuk mendorong siswa agar termotivasi dan mampu mengikuti proses pembelajaran secara utuh dan bermakna. Karena pemanfaatan berbagai perangkat pembelajaran, siswa kemungkinan besar akan merasa rindu saat proses pembelajaran di kelas. Hal ini diakibatkan oleh lingkungan kelas yang kreatif dan inovatif yang diciptakan guru dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Terlihat jelas ketika di sekolah bahwa peran media atau pembelajaran sangatlah esensial. Media dalam pembelajaran sejatinya telah berkembang menjadi komponen yang dapat menawarkan pengalaman belajar yang signifikan. Secara umum, media pembelajaran digunakan sebagai alat komunikasi internal proses pembelajaran.Â
B. 5 Komponen Media PembelajaranÂ
Pertama, sebagai pesan atau sumber yang digunakan sebagai jembatan selama proses pembelajaran berlangsung. Kedua, sebagai sarana pendidikan. Ketiga, sebagai teknik untuk mendorong motivasi belajar siswa. Keempat, sebagai instrumen yang ampuh untuk mencapai hasil belajar yang komprehensif dan signifikan. Kelima, sumber daya untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan, serta sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diproyeksikan.Â
C. Fungsi Media Pembelajaran
Peran penting bagi media pembelajaran jika dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Media pembelajaran sejatinya telah berkembang menjadi komponen yang dapat menawarkan pengalaman belajar yang signifikan. Secara umum, media pembelajaran berfungsi sebagai media komunikasi internal selama proses pembelajaran. Menurut Munadi (2010: 37-48) dalam bukunya "Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru" fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut:Â
1. Fungsi Media sebagai Sumber Pembelajaran Dengan pendekatan yang memusatkan pada guru, media pembelajaran dapat berfungsi menggantikan peran pengajar karena fungsi media pembelajaran sama halnya berfungsi sebagai sumber belajar.Â
2. Fungsi Semantik Semantik merupakan penambahan pemahaman makna dalam pembelajaran yang dapat ditingkatkan melalui kemampuan media pembelajaran mengenai simbol-simbol bahasa dengan objek selain dari diri sendiri melalui acuan pada yang dirujuk dan pada apa yang dirujuk.Â
3. Fungsi Manipulatif Kemampuan atau kapasitas merekam, menyimpan, melestarikan, merekonstruksi, dan memindahkan suatu peristiwa atau benda merupakan fungsi manipulatif pada sarana pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran dapat berpengaruh pada kesempatan kepada siswa untuk melihat objek yang sulit untuk dilihat karena berada di luar jangkauan untuk dilihat siswa. Selain itu, media pembelajaran membantu siswa untuk bisa melewati batas pendengaran dan penglihatannya melalui media pembelajaran.Â
4. Fungsi Psikologis Fungsi Psikologis dalam media pembelajaran secara tidak langsung dapat mempengaruhi keadaan mental, pikiran, dan perilaku manusia. Siswa dapat menjadi lebih terlibat, termotivasi, dan tertarik pada studi mereka dengan mengadopsi media atau alat pembelajaran yang efektif dan cocok. Selain itu, media atau alat pembelajaran dapat mempengaruhi perasaan penerimaan atau perlawanan siswa terhadap sesuatu dalam konteks proses belajar dan membantu meningkatkan kemampuan mereka untuk mengamati sebuah objek. Karena kekuatan stimulusnya, media pembelajaran juga dapat membantu siswa mengembangkan imajinasi dan bakat mereka.Â
5. Fungsi Sosio-Kultural Fungsi sosial budaya media pembelajaran adalah salah satu upaya untuk membantu siswa berkomunikasi melintasi perbedaan sosial budaya selama proses pembelajaran. Istilah "sosial budaya" sendiri mengacu pada faktor sosial dan budaya. Di Indonesia, seperti kita ketahui bersama, memiliki tingkat sosial adat yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan suku yang banyak. Selain itu, dengan penerapan media dalam pendidikan dapat membantu mengatasi tantangan ini.Â
D. Ciri-ciri Media PembelajaranÂ
Menurut Gerlach & Ely yang dikutip oleh Arsyad (2005: 12), ciri dari media pembelajaran, yaitu:Â
1. FiksatifÂ
Ciri-ciri yang memvisualisasikan dengan merapikan, menjaga, dan memperbaiki suatu kejadiann atau objek dengan menggunakan kapasitas sarana rekam. Rekaman peristiwa atau objek yang terjadi pada durasi tertentu dapat ditransfer menggunakan media dengan kemampuan fiksatif ini meskipun nantinya menghiraukan waktu terjadinya kejadian tersebut.Â
2. ManipulatifÂ
Media memiliki sifat manipulatif, sehingga memungkinkan untuk mengubah suatu peristiwa atau barang. Siswa dapat menerima acara panjang yang umumnya memerlukan waktu berhari-hari atau mungkin sampai berbulan-bulan untuk diselesaikan hanya dalam lima hingga sepuluh menit. Saat menonton film yang direkam, sebuah acara juga bisa diperlambat selain dipercepat.Â
3. DistributifÂ
Suatu objek atau peristiwa dapat dibawa melalui ruang berkat sifat distributif media, dan pada saat yang sama pula ditampilkan kepada banyak siswa dengan input pengalaman yang umumnya identik.Â
E. Macam-macam Media PembelajaranÂ
Menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai, macam-macam media pembelajaran antara lain:Â
1. Media grafis (media 2D) merupakan sarana yang memiliki ukuran panjang dan lebar.Â
2. Media 3D merupakan alat berbentuk seperti diorama, model padat, mock up, model penampang, model kerja, dan model susun.Â
3. Media Proyeksi merupakan media serupa dengan penggunaan OHP, slide, film, dan film strips.Â
4. Penggunaan lingkungan alam menjadi bahan media pengajaran.Â
F. Prinsip-prinsip Media PembelajaranÂ
1. Tiada media yang ideal demi setiap tujuan yang sudah disusun. Suatu media belum tentu cocok untuk pembelajaran lain jika hanya sesuai guna tujuan pembelajaran tertentu.Â
2. Implementasi media dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Hal ini menunjukkan bahwa media merupakan komponen penting pada kegiatan pembelajaran dan tidak hanya sekedar sarana bagi tenaga pendidik. Pemilihan media harus sesuai dengan elemen lain dari desain pembelajaran. Pembelajaran mungkin masih dapat dilakukan tanpa alat pembelajaran, tetapi tidak akan terjadi tanpa media.Â
3. Tujuan akhir dari setiap media adalah untuk membantu belajar siswa. Kemudahan belajar siswa harus berfungsi sebagai kriteria utama untuk pemilihan dan penerapan media.Â
4. Penggunaan media yang beragam dalam satu kegiatan pembelajaran memiliki fungsi yang terintegrasi dengan pembelajaran yang berlangsung bukan hanya sebagai pengalihan, pengisi waktu, atau sumber kesenangan.Â
5. Pemilihan media hendaknya tidak memihak, artinya harus dititikberatkan pada tujuan pembelajaran daripada kepentingan guru itu sendiri.Â
6. Siswa bisa menjadi bingung jika berbagai media digunakan sekaligus. Memanfaatkan banyak media sekaligus bukanlah definisi penggunaan multi-media. Sebaliknya, media yang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda.Â
7. Manfaat dan kelemahan media tidak hanya bergantung pada keabstrakannya atau kekonkretannya. Media abstrak juga dapat memberikan pengetahuan yang tepat, bahkan ketika jenis media fisik sulit untuk dipahami karena kerumitannya.Â
G. Implementasi Media PembelajaranÂ
Implementasi media dalam proses pembelajaran adalah untuk melengkapi dan membantu guru mengkomunikasikan konten atau informasi daripada mengganti atau mengubah cara mereka mengajar. Hal ini dimaksudkan bahwa dengan menggunakan media akan menimbulkan terjadinya interaksi antara siswa dan antara siswa dengan guru. Meskipun tidak ada aturan yang pasti tentang kapan suatu alat pembelajaran harus digunakan, guru harus dapat memilih dan menggunakan alat pembelajaran yang efisien. Agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan menyenangkan, penggunaan media di dalam kelas sangatlah penting. karena media dapat menggabungkan kata-kata, gambar tulisan, dan simbol sekaligus menyebarkan informasi selama proses pembelajaran. Itulah satu-satunya hal yang membedakan pembelajaran berbasis media dengan pembelajaran tradisional pada kemampuannya merancang sesi pembelajaran yang menyenangkan.Â
H. Pengertian Media Video AnimasiÂ
Dalam hal pembelajaran kelompok, pembelajaran individu, atau pembelajaran massal, video adalah alat yang sangat efektif jika digunakan. Video animasi adalah jenis materi pendidikan non-cetak lainnya yang terperinci dan kaya informasi karena dapat menjangkau pelajar dengan segera. Selain itu, video animasi memberikan tingkat pembelajaran baru karena kemampuan teknologi video yang memungkinkan penyajian visual bergerak kepada siswa meskipun tidak ada suara yang menyertainya. Anak-anak yang menonton video animmasi di suatu program merasa seperti merasakan bersama. Tingkat retensi (penyerapan dan ingatan) anak-anak dalam kaitannya dengan suatu subjek faktanya dapat sangat meningkat jika informasi pada awalnya diperoleh lebih banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Informasi dapat berupa seperti visual, audio, tulisan, maupun Gerakan. Secara singkat, apapun yang memungkinkan adanya suara digabungkan dengan visual bergerak dapat disebut video animasi.Â
I. Manfaat Media Video AnimasiÂ
Manfaat yang didapatkan Ketika menggunakan video animasi sebagai media pembelajaran, yaitu:Â
1. Memperlihatkan benda atau objek menggunakan idea.Â
2. Menerangkan skema materi yang sulit.Â
3. Menjelaskan skema materi yang abstrak menjadi detail.Â
4. Membuktikan dengan konkrit suatu prosedur.Â
5. Menarik focus siswa dengan menggunakan visual dan audio yang selaras.Â
6. Mempercantik tampilan presentasi.Â
7. Mempermudah visualisasi dari suatu skema materi.Â
J. Penerapan atau Implementasi Media Video Animasi pada PembelajaranÂ
Penerapan media video animasi dalam pembelajaran merupakan suatu cara inovatif dan layak untuk diterapkan pada saat pembelajaran. Dengan tersedianya media yang terdiri atas audio, visual, dan gerakan menjadikan siswa lebih tertarik dan antusias selama belajar. Sehingga, dengan diterapkannya media tersebut siswa lebih ringan untuk memahami materi yang kompleks dan menghasilkan prestasi belajar siswa yang bertambah pula.Â
K. Pengertian Bimbingan KlasikalÂ
Menurut Depdiknas (2008: 224-225), Bimbingan klasikal adalah program konseling tatap muka yang berlangsung di ruang kelas. Pertemuan kelas diadakan secara berkala dengan materi yang telah disusun dalam bentuk program semester/tahunan. Dalam teknik atau metode pelayanan digunakan ekspositori, diskusi kelompok, permainan simulasi, bermain peran, dan model pembelajaran klasik lainnya, sedangkan bimbingan kelompok adalah kegiatan layanan bimbingan yang disampaikan kepada konseli, dikelola dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-10 konseli. Layanan dibuat untuk memenuhi persyaratan dan minat unik dari kelompok konseli tertentu. Konseli dengan kebutuhan dan minat yang sebanding kemudian dikelompokkan bersama untuk membentuk kelompok pendampingan untuk membantu mereka. Hindari kesulitan dan kembangkan area pengembangannya berdasarkan tuntutan dan preferensi yang diungkapkan. Layanan bimbingan klasikal adalah salah satu layanan bimbingan dasar yang dibuat untuk konselor yang secara teratur berhubungan langsung dengan siswa di kelas dan memberikan nasihat ini kepada anak-anak. Bimbingan klasikal adalah layanan yang memberikan arahan kepada sekelompok siswa dalam satu unit kelas dan disampaikan di dalam kelas. Layanan bimbingan dan konseling pendidikan formal disebut sebagai bimbingan klasikal. Layanan saran tradisional adalah layanan pencegahan yang berfokus pada prosedur proaktif. Pengajaran dan bimbingan tradisional tidak identik. Beberapa ketentuan implementasi juga termasuk dalam layanan. Layanan Bimbingan Klasik diklasifikasikan ke dalam empat kategori: intelektual, sosial, psikomotor, dan emotif.Â
L. Tujuan Bimbingan KlasikalÂ
Tujuan bimbingan klasikal adalah berkonsentrasi pada nilai, sentimen, dan nilai, serta sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Konseling psikomotorik klasik berusaha untuk mengembangkan keterampilan motorik atau bakat yang berhubungan dengan bagian tubuh atau tindakan. Koordinasi saraf dan otot sangat penting. Dari tingkat paling dasar, bimbingan psikomotorik klasik berjenjang meliputi persepsi, kesiapan, gerak terbimbing, gerak habitual, gerak kompleks, penyesuaian pola gerak, dan kreativitas. Berdasarkan tujuan di atas, bisa disimpulkan bahwa layanan bimbingan klasikal adalah strategi layanan. Tujuan Bimbingan dan Konseling adalah melancarkan kegiatan layanan yang meliputi segala aspek mulai dari aspek psikomotor, afektif, dan kognitif dalam rangka mengembangkan potensi siswa.Â
M. Strategi Bimbingan KlasikalÂ
Guru BK harus menggunakan tahapan pengelolaan P3MT (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjut) saat melakukan kegiatan pendampingan pelayanan dan konseling (Kemendikbud, 2014). Bimbingan klasikal adalah strategi pelayanan dasar dalam program bimbingan dan konseling, bersama dengan pelayanan peminatan dan perencanaan individu. Kemendikbud (2016) mengusulkan beberapa langkah menuju pelaksanaan layanan bimbingan adat, antara lain:Â
1. Persiapan
- Menjadwalkan waktu masuk kelas agar layanan bimbingan adat dapat dilaksanakan tepat waktu dan sesuai jadwal.
- Membuat topik untuk materi bimbingan adat berdasarkan Standar Kompetensi Kemandirian PMPTK,2007), masalah peserta didik yang (SKKPD) (Ditjen dihadapi siswa/konseli yang diases menggunakan AUM atau DCM, dan instrumen lain yang sesuai.Â
- Membuat rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal menerapkan pengaturan yang disajikan dalam format RPL.
- Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang akan diberikan.Â
2. Pelaksanaan
- Memberikan layanan bimbingan klasikal relevan dengan jadwal dan materi yang sudah dirancang.
- Mendokumentasikan rencana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal yang sudah diberikan.
- Menulis kejadian atau hal-hal yang memerlukan perubahan atau tindak lanjut setelah diberikan layanan bimbingan klasikal.Â
3. Evaluasi dan tindak lanjut
- Mengevaluasi prosedur layanan bimbingan klasikal.
- Mengevaluasi output layanan bimbingan klasikal yang sudah direncanakan.Â
N. Peran Konselor dalam Bimbingan KlasikalÂ
Bimbingan klasikal tidak memiliki batas pada mengkomunikasikan satu atau dua masalah saja, melainkan melibatkan berbagai macam persoalan yang muncul di sekolah. Konselor harus mengimplementasikan prinsip-prinsip konseling yang bisa menumbuhkan interaksi psikopedagogik agar dapat memberikan bimbingan klasikal yang baik. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan komunikasi yang selaras dan memiliki implikasi penting untuk mencapai perkembangan siswa yang optimal. Guru atau konselor dalam bimbingan dan konseling sepenuhnya bertanggung jawab untuk merencanakan atau melaksanakan, mengelola (mengatur atau mengelola), dan memimpin proses layanan untuk semua murid. Dapat juga berkolaborasi dengan guru topik untuk merencanakan, mengatur, dan memimpin acara. Pendekatan kolaboratif dianggap lebih efektif karena guru mata pelajaran dipandang memiliki keterlibatan dan keahlian dalam mengarahkan kelas.Â
O. Media Pembelajaran Video Animasi dalam Pemberian Layanan Bimbingan Klasikal pada Siswa SMAÂ
Ada beberapa teknik/metode yang bisa diterapkan pada bimbingan klasikal, salah satunya metode ceramah, tetapi metode tersebut terkesan membosankan sehingga agar lebih menarik, teknik membaca bisa divariasikan dengan teknik lain, seperti halnya dengan video pembelajaran untuk menghindari atau mengurangi kebosanan. Menurut pengamatan, sebagian besar siswa SMA lebih tertarik mempelajari video yang menyertakan gambar atau klip video, dibandingkan dengan tayangan yang hanya menampilkan teks. Kelas terasa sulit dikondisikan karena siswa sibuk dan melakukan kegiatan selain kegiatan pembelajaran, serta siswa tidak fokus jika peneliti hanya menggunakan metode ceramah, sehingga perhatian dan minat siswa pada belajar sangat rendah. Padahal perhatian siswa sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Jika siswa merespon, pembelajaran mereka akan lebih bermakna. Misalnya siswa berpartisipasi dalam diskusi, mereka dapat mengemukakan pendapatnya atas materi yang dijelaskan oleh guru, dan mereka bersedia bertanya serta menjawab pertanyaan tentang materi yang diajarkan. Sebagai hasil dari pemikiran ini, peneliti ingin menggunakan metode yang akan merangsang perhatian siswa melalui penggunaan media audio visual. Media audio visual sangat efisien untuk menarik dan mengkondisikan perhatian siswa. Media pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk mencerna informasi ilmu yang disampaikan. PENUTUP Dalam proses pembelajaran, media menjadi suatu sarana perantara informasi bagi guru untuk mengajar kepada siswa agar menggapai informasi atau wawasan yang akan diberikan secara lebih efisien. Media pembelajaran dengan menerapkan video animasi menjadikan tingkat pembelajaran baru karena kemampuan teknologi video yang memungkinkan penyajian visual bergerak kepada siswa. Sebagian besar siswa SMA lebih tertarik mempelajari video yang menyertakan gambar atau klip video, dibandingkan dengan tayangan yang hanya menampilkan teks. Sehingga, media pembelajaran ini sagat penting untuk membantu siswa khususnya siswa SMA dalam mencerna informasi ilmu yang disampaikan oleh guru
PENUTUPÂ
Dalam proses pembelajaran, media menjadi suatu sarana perantara informasi bagi guru untuk mengajar kepada siswa agar menggapai informasi atau wawasan yang akan diberikan secara lebih efisien. Media pembelajaran dengan menerapkan video animasi menjadikan tingkat pembelajaran baru karena kemampuan teknologi video yang memungkinkan penyajian visual bergerak kepada siswa. Sebagian besar siswa SMA lebih tertarik mempelajari video yang menyertakan gambar atau klip video, dibandingkan dengan tayangan yang hanya menampilkan teks. Sehingga, media pembelajaran ini sagat penting untuk membantu siswa khususnya siswa SMA dalam mencerna informasi ilmu yang disampaikan oleh guru.
 DAFTAR PUSTAKAÂ
Agustien, R., Umamah, N., & Sumarno, S. (2018). Pengembangan media pembelajaran video animasi dua dimensi situs Pekauman di Bondowoso dengan model ADDIE mata pelajaran Sejarah kelas X IPS. Jurnal edukasi, 5(1), 19-23.Â
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.Â
Daryanto. (2013). Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.Â
Dwi, N. I. S. (2021). Pengembangan Video Animasi Sebagai Media Pembelajaran Tematik Tingkat SD/MI (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).Â
Hasan, M., Milawati, M. P. I., Darodjat, M. P. I. D., & Khairani, M. A. I. D. T. (2021). Media pembelajaran. Penerbit Tahta Media Group.
Karyanti, M. P., & Setiawan, M. A. Bimbingan Klasikal Berlandaskan Falsafah Adil Ka'Talino, Bacuramin Ka'Saruga, Basengat Ka'Jubata.Â
Kristanto, A. (2016). Media pembelajaran. Surabaya: Bintang Surabaya. Mulyana, Widyastuti. (2021). Bimbingan Klasikal "THINK-PAIR-SHARE". Yogyakarta: K-Media.Â
Mulyati, I. (2021). Materi Layanan Bimbingan Klasikal Dalam Bimbingan Konseling di Sekolah. Kalimantan Barat: Yudha English Galerry.Â
Munadi Y. (2010). Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.Â
Munir, Multimedia: Konsep dan Aplikasi Dalam Pendidikan, 319.Â
Nana Sudjana & Rivai, Media Pembelajaran Manual dan Digital. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 3.Â
Purwoko, B. PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF TOPIK PENCEGAHAN NARKOBA UNTUK LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMPN 17 SURABAYA.Â
Rahmawati, N. (2021, August). Media Video Animasi dalam Layanan Bimbingan Kelompok sebagai Upaya Preventif Kecanduan Game Online di SMA. In Prosiding Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (Vol. 1).Â
Ramadhani, S. A. (2021, August). Pengembangan Media Video pada Layanan Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Kelas VII SMP N 1 Imogiri. In Prosiding Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (Vol. 1).
Ramdani, P. (2021). Media Pembelajaran Animasi (Vol. 1). Rinda Fauzian.Â
Ramli, M., Hidayah, N., Zen, E. F., Flurentin, E., Lasan, B. B., & Hambali, I. (2017). Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Bimbingan dan Konseling Bab III Bimbingan Klasikal dan Kelompok. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru Dan Tenaga Kependidikan, 1--20.Â
Vii, M. K. K., & Imogiri, S. M. P. N. (2021). PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PADA LAYANAN. 998--1010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H