Mohon tunggu...
Humaniora

"Kesucian" Tanah Haram

31 Desember 2018   19:30 Diperbarui: 31 Desember 2018   19:57 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna bagi agama-agama sebelumnya, agama rahmatan lil alamin, dan agama yang tidak pernah mempersulit hamba-Nya dalam urusan ibadah. Hal ini terlihat dari Rukun Islam yang 5: Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, dan Haji.

Syarat masuk Islam sangatlah mudah. Pertama, mengucapkan dua kalimat syahadat; Asyhadu an la ilaha illa Allah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah. Kedua, wajib mendirikan sholat wajib 5 waktu: Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya'. Bagi yang sakit, Allah ijinkan sholat sambil duduk, berbaring, bahkan hanya dengan mengedipkan mata. Ketiga, puasa. 

Puasa yang dimaksud adalah Puasa Ramadhan selama 30 hari. Perihal ini pun Allah memberikan kelonggaran bagi hambanya yang sedang sakit, sedang mengandung, bahkan memiliki pekerjaan berat untuk tidak melaksanakan puasa wajib dengan catatan mengganti pada lain hari atau membayar fidyah. Keempat, zakat. 

Membayar zakat wajib hukumnya bagi semua umat islam. Zakat bukan hanya sebagai bagian dari pelaksanaan Rukun Islam dan bukti ketaatan kepada Allah SWT, melainkan salah satu cara untuk membersihkan harta benda dan membantu sesama. Terlebih, ada hak mereka (fakir miskin) di setiap harta yang kita punya. Namun, tidak semua hamba-Nya hidup dalam kecukupan, maka Allah memberikan kelonggaran untuk tidak perlu membayar zakat bagi yang memang tidak sanggup untuk mengeluarkannya. Terakhir, naik haji. 

Haji adalah perjalanan menuju Baitullah (Ka'bah) di Mekkah untuk menjalankan syariat ibadah Islam dengan syarat-syarat tertentu. Haji merupakan Rukun Islam yang ke-5, yang wajib dilaksanakan bagi laki-laki maupun perempuan muslim yang mampu. Mampu dalam artian sehat jasmani dan rohani, serta memiliki cukup biaya untuk melaksanakan perjalanan tersebut. Allah SWT sungguh sebaik-baiknya Tuhan, karena DIA selalu mempermudah urusan hamba-Nya.

Satu hal yang paling menarik dari Rukun Islam adalah, haji. Mengapa? Karena, biaya untuk perjalanan haji cukup besar. Di Indonesia sendiri biayanya di atas Rp 30.000.000,00. Maka, Allah hanya membebankan pada hamba-Nya yang selain sehat juga memiliki cukup biaya untuk melakukan ibadah tersebut. Pertanyaan yang selanjutnya muncul adalah, apakah berhaji hanya bagi mereka yang diberikan kelebihan harta oleh Allah?

Tidak, banyak di luaran sana tukang jahit naik haji, tukang becak naik haji, pedagang sayur naik haji. Maka, ini bukan hanya soal apakah kaya atau tidak, melainkan soal apakah mau mengusahakan, mau memampukan diri untuk berhaji atau tidak. Inilah definisi mampu yang sebenarnya. Selayaknya rezeki, walaupun sudah Allah gariskan, tetap saja manusia perlu untuk menjemputnya, dengan bekerja. Begitu pula haji, manusia perlu menjemputnya dengan berusaha, memampukan diri, dan diiringi do'a-do'a, semoga Allah mengijinkan.

Namun, tidak semua orang lebih dulu menyiapkan haji.

Tahun 2018 segera berakhir, berganti tahun yang baru, 2019. Sudah saatnya kita memulai hal-hal yang lebih dulu penting, seperti berhaji. Tidakkah kita merasa puas ketika sudah melaksanakan ke-5 Rukun Islam? Ya. Jadi, mengapa kita harus mempersiapkan haji sedini mungkin?

Pertama, melaksanakan Rukun Islam. Sebagai bukti ketaatan kita kepada Allah SWT dan menyempurnakan keislaman seorang hamba. Lebih cepat dilaksanakan, akan lebih baik. Haji bukan hanya sebatas perintah perjalanan dengan berbagai rangkaian acara panjang selama lebih dari 1 bulan. Haji memiliki banyak makna dan manfaat bagi seorang hamba. 

Haji menggambarkan perjuangan seorang hamba agar lebih dekat dengan Rabb-nya dan mengajarkan bahwa harta benda yang dimiliki tidak ada artinya, ketaqwaan lah yang paling ternilai. Melalui ibadah haji, diharapkan tingkat keimanan seseorang bertambah besar dan dapat diimplementasikan setelah kembali ke tanah air, kemudian dapat diajarkan kepada masyarakat luas.

Kedua, kematian. Kita tidak pernah tahu sampai dimana batas takdir hidup seseorang. Oleh karenanya, akan lebih baik jika mendahulukan hal-hal yang menyangkut akhirat daripada hal-hal yang berkaitan dengan dunia. Dunia hanyalah sebatas tempat singgah untuk memperbanyak ibadah dan amalan sebagai bekal pada perjalanan kekal selanjutnya, akhirat. Seperti ungkapan bijak: Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.

Bukankah menarik ketika kematian sudah menjemput, kita telah melaksanakan ke-5 Rukun Islam?

Ketiga, meningkatkan derajat taqwa. Haji dipandang sebagai perjalanan spiritual yang bukan hanya sebagai kewajiban umat muslim tetapi memiliki banyak makna dengan serangkaian acara panjang yang terdiri dari: Ihram, Tawaf, Sa'i, dan Wukuf di Arafah. Serangkaian acara panjang yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Haji mengajarkan tentang kerja keras, keikhlasan, ketulusan, dan ketergantungan seorang hamba pada Rabb-nya. Bagaimana mereka bersikap terhadap diri sendiri dan orang lain, dan bagaimana mereka mampu melihat keagungan Allah SWT. Hal-hal inilah yang kemudian membawakan derajat taqwa yang lebih tinggi.

Keempat, cerminan kehidupan. Serangkaian ibadah haji mencerminkan kehidupan manusia yang harus terus bergerak, belajar, dan berdo'a kepada Rabb-nya agar dapat selalu memiliki kekuatan dalam menjalani hidup dan keistiqomahan dalam beribadah. 

Dalam ibadah haji, banyak orang berdatangan dari beragam latar belakang, baik negara, suku, ras, dan sebagainya. Tapi, mereka disatukan dalam pakaian putih dan  memiliki 1 tujuan yang sama, berlomba-lomba mencari ridho Allah, mendekatkan diri pada Allah, berharap surga Allah. Di Tanah Haram ini lah beberapa hamba diuji. 

Baik ujian fisik maupun batin. Seperti yang diceritakan oleh guru SMP saya, Bu Syahnun, B.A, suatu ketika teman beliau sedang menjalankan ibadah haji, cuaca Mekkah sangat terik. Teman beliau melihat seorang kakek tua yang kepanasan tanpa alas kaki. Teman beliau yang merasa iba mengambil sandal milik Askar yang berserakan di sekitar sana, diberikannya pada kakek tua itu. Namun, kejadian tidak menyenangkan justru datang, ketika malam hari di asrama, teman beliau merasa tubuhnya sakit tanpa sebab yang jelas. 

Setelah menimang banyak hal, teman beliau menyadari bahwa apa yang terjadi padanya karena beliau telah mencuri sandal milik Askar. Walaupun untuk menolong sesama, tetap saja hal ini tidak dibenarkan, karena telah mengambil yang bukan haknya. Karena tidak ada istilah kebaikan yang dibangun di atas ketidakbenaran.

Kelima, mengunjungi kota suci umat muslim. Kota yang banyak berkaitan dengan sejarah kenabian. Belajar lebih dekat mengenai kehidupan Rasul-rasul Allah. Melihat tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan mereka menegakkan agama yang haq, Islam. Pelesir ke tempat-tempat yang berkaitan dengan sejarah kenabian diharapkan dapat membuka pikiran terdalam manusia untuk turut serta dalam mempertahankan ajaran Islam.

Sudah seharusnya sebagai seorang muslim yang baik perlu mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan akhirat. Dilakukan sedini mungkin. Kita tidak pernah tahu apakah besok masih sehat, atau apakah besok masih hidup. Yang demikian adalah rahasia Allah. Maka, tugas seorang hamba hanyalah menyegerakan perintah. Karena, sejatinya perintah tersebut untuk kebaikan manusia. Seperti perintah haji, yang apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, derajat ketaqwaan seorang hamba bertambah besar. 

Namun, biayanya yang besar menjadi kendala banyak orang untuk menunaikan ibadah haji. Kabar baiknya, banyak sekali bank yang menyediakan fitur tabungan haji. Seperti Danamon Tabungan Haji. Dengan prinsip syariah, Bank Danamon memberikan fitur Tabungan Haji yang bisa dimiliki nasabah berumur 12 tahun. 

Orangtua bisa membantu putra-putrinya untuk menyiapkan ibadah haji sedini mungkin. Tabungan Haji Danamon Syariah sudah terhubung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) milik Kementerian Agama RI, sehingga nasabah sudah pasti mendapatkan porsi untuk menunaikan ibadah haji. Jadi, siapkah anda 2019 Saatnya Berhaji?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun