Mohon tunggu...
dx fadli
dx fadli Mohon Tunggu... -

muhammadfadli.muslimin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Narasi Perjalanan Sepi Diansi dalam Ruang Ramai

26 Desember 2018   10:31 Diperbarui: 26 Desember 2018   11:01 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secondary modeling system (Lotman, 1972:21), artinya adalah bahasa yang teraplikasi pada puisi berada pada tataran tingkat dua. Tingkat dua mengandung makna bahwa bahasa puisi mengambil jalan berbeda dalam mengekspresikan kehidupan. 

Dalam kehidupan sehari-hari, dan kehidupan akademik kecenderungan bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang mampu untuk dicerna oleh masyarakat secara umum. Sedangkan, puisi erat kaitannya dengan bahasa sastra yang memiliki daya estetik yang tinggi. Kandungan makna yang terdapat dalam puisi merupakan ejawantah perasaan penulis dalam menguraikan pandangan hidupnya mengenai suatu peristiwa. 

Pradopo memberikan pandangan terhadap tersebut, yaitu puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitakn perasaan. Perasaan yang tercipta dalam sebuah puisi akan memberikan kenikmatan seni. Selain itu, puisi juga memperkaya kehidupan batin, memperhalus budi, membangkitkan semangat hidup, dan mempertinggi rasa ketuhana dan keimanan (pradopo, 2005:iv).

Ekspresi penulis merupakan ruang pemikiran yang luas dan tak terjangkau, perasaan yang didorong menjadi ruang nyata, yakni kata memiliki membangkitkan energi-energi yang tak kasat mata. Hal ini memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menangkan energi tersebut, meskipun tak terlihat tetapi terasa.

Perihal rasa merupakan subjektivitas setiap individu, begitupun penulis. Penulis atas dalih subjektivitas memberikan kesempatan dari peristiwa inti kehidupannya untuk bermain-bermain melalui bahasa sastra. Memadatakan sekaligus mencairkan realitas peristiwa dalam kata-kata merupakan permain penulis/penyair yang bergelut pada pengalaman estetisnya. 

Pengalaman tersebut diekspresikan dalam teks puisi yang mana sumber inspirasinya dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung melalui pengalaman. Pengalaman langsung artinya yang dialami, dirasakan, dilihat dan diilhami. Sedangkan, pengalaman tidak langsung merupakan persentuhan penulis pada yang terdengar dan terbaca. Penyair mewujudkan gambaran-gambaran pengalaman-pengalaman tersebut secara bebas dalam penyusununannya.

Tentunya, pengalaman-pengalaman tersebut memiliki hubungan dengan kehidupan pribadi penulis. Keterlibatan dalam suatu struktur masyarakat melahirkan persoalan dan dilemma-dilema yang menjembatani hasrat terdalam diri yang dimaksudkan untuk menghubungkannya dengan teks sebagai mediumnya. 

Pengalaman-pengalaman penulis terwujud dalam suatu puisi sebagai bentuk ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan. Dian si, penulis kumpulan puisi Mahasa Sepi, merespon berbagai dinamika kehidupan yang bersifat personal mengubah pengalaman-pengalaman individual menjadi ruang estetik puisi.

Puisi yang diterbitkan oleh Penerbit Rose Book ini memiliki kekuatan pada narasi sepi yang kuat. Sepi, kesepian, menyepi merupakan ekspresi bahasa, terutama yang memberikan arti pada suatu keadaan tertentu. Keadaan statis dan dinamis tidak saja terbatas pada istilah kata benda ataupun kata kerja, melainkan kemampuannya untuk memberikan makna pada setiap persitiwa hidup. 

Varian-varian bahasa sastra dapat menjadi senjata dalam menarasikan peristiwa hidup tanpa menguraikan makna sesungguhnya. Menyulam sunyi merupakan titik awala suara sunyi yang terbahasakan tetapi memiliki makna yang luas. Keluasaan makna ini tidak lain disebabkan oleh pengalaman estetis penulis yang menyemai asa pada setiap kata-kata.

Dan kau, pijaklah malam-malam dalam mimpi

Dalam doa, masih aku sebut namamu

Temukan ia, yang sebenarnya tidak pernah kau tinggalkan

Tiga bait puisi menyulam sunyi benar-benar mendorong individu untuk kembali merenungkan keikhlasan dalam sepi. Kesungguhan hati dalam merjaut rasa agar yang tertinggal adalah yang betul-betul erat dan yang pergi merupakan sebuah takdir. Merencanakan setiap pengharapan dalam setiap doa yang tak bertepi, tetapi bersiap menepi jika hal itu untuk kebaikannya, kebaikan ia yang dulu pernah singgah dan menghiasi hari-hari.

Dalam satu judul puisi aku warna yang tidak harus diatas kanvas memberikan gambaran kepada penikmat kata untuk menyandarkan diri tidak pada satu hal saja, melainkan dapat saja pada hal lainnya. Maksudnya adalah kesiapan diri dalam memakna setiap peristiwa memberikan kuasa pada diri untuk memilih berbagai kondisi tidak berdasarkan pada pihak lain, tetapi murni atas dasar apa yang diyakini.

Ah sudahlah

Bila bagimu aku hanya kertas

Yang kau siap melukis wajah banyak orang saat diminta,

Kau salah

Sebab aku adalah warna dari semua cat, yang bisa menjadi bagian dari jutaan obyek tanpa harus berada di atas kanvas

Sederhanya adalah kesiapan dan kemantapan diri yang tidak menyandarkan setiap keadaan hanya pada satu sosok tertentu merupakan keniscayaan. Bahwa tiada kuasa yang lebih besar dibadingkan memilih untuk setia dan yakin terhadap pilihan diri. Anggapan yang salah adalah seringkali wadah yang hanyut dalam kepercayaan pada diri yang lain menjadi sasasran empuk dalam memanfaatkan dan dimanfaatkan, tetapi ketika kesadaran pada diri yang bebas menggelora, maka tiada lagi rasa yang mampu menahan dan menghalangi kemajuan untuk meraih yang lain.

Meskipun demikian, memori tentang dia seringkali menghantui dan memburu ruang ruang bahagia. Yang tak terjangkau tetapi masih mengisi ruang-ruang kosong pengharapan terhadap sosok. Harapana-harapan tentang keabadian menjadikan realitas kabur terhadap rasa.

Yang menjadi hantu di malama-malamku adlaah kau, 

merayapi ingatan menjadikan aku takut kehilangan

Begitupan dengan upaya melahirkan kembali sosok yang diharapkan merupakan pergulatan antara yang ada dan tiada. Kerinduian yang terbaikan oleh badai yang artinya dekat pada realitas yang ada tetapi tak terjangkau.

Tak banyak yang berubah 

setelah badai menggulung kisah 

rindu masihlah sama

Terbenam jauh ke dasar puisi

Puisi Masih Kita, diatas setidaknya memberikan suatu pemahaman bahwa tiada yang akan berubah meskipun keadaan sangat menyakitkan sekalipun, meskipun demikian rasa hanyalah sekedar rasa yang terkubur tanpa nisan.

Pada puisi masih kau dan jarak, nuansa gelisah dan rindu untuk menemukan dan ditemukan. Tidaklah suatu individu dibebankan pada sebuah kenyataan yang tak terjangkau, melainkan memadatkan mimpi-mimpi agar tidak kembali cari dalam suatu penantian. Sebuah upaya dari dua orang yang memilih dan dipilih meskipun memang ada ruang antara yang tak mampu dicapai dalam suatu waktu yang sama.

Sebagai penutup, menjalani tabah adalah realitas yang dialami setiap individu yang memilih untuk mencintai tetapi tetap diam dalam keenggangannya untuk bertahta pada suatu kepercayaan pada dirinya. Ia mengubur keinginan Bersama demi suatu ego yang masih kabur diantara keduanya. Ego yang Bersama pun enggan tetapi menjauh pun tak sanggup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun