Kedua, adab retorika dakwah adalah aturan yang mengatur hal-hal yang baik dan buruk yang harus dipatuhi oleh dai saat berdakwah atau orator saat berpidato. Penekanannya adalah pada menjaga diri dari sifat-sifat yang buruk.
Ketiga, adab retorika dakwah merupakan cerminan dari baik dan buruknya perilaku dai atau orator yang tampil di berbagai media, baik media tradisional, konvensional, maupun media sosial. Adab ini menjadi pedoman bagi mereka dalam berkomunikasi.
Para dai dan orator yang menerapkan adab dalam retorika dakwahnya akan memperoleh apresiasi positif dari netizen, seperti pujian dan sanjungan. Sebaliknya, mereka akan mendapatkan respon negatif, seperti caci maki, jika mengabaikan adab tersebut. Respons negatif yang muncul di ranah digital cenderung lebih menyakitkan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Dengan kata lain, penerapan adab dalam retorika dakwah akan mendatangkan pengakuan dan penerimaan yang baik dari khalayak, sedangkan pengabaiannya akan memicu reaksi negatif yang lebih intens dan menyulitkan bagi dai atau orator tersebut. Adab menjadi aspek penting yang harus diperhatikan dalam aktivitas dakwah dan penyampaian pidato di era digital saat ini.
Menyampaikan pesan dakwah memang merupakan hal yang penting. Begitu pula dengan upaya membuat kegiatan dakwah menjadi informatif, persuasif, dan rekreatif. Namun, yang paling utama adalah menjunjung tinggi kesopanan, keramahan, serta kebaikan budi pekerti dalam menjalankan seluruh proses tersebut.
Dalam menyampaikan dakwah, aspek-aspek teknis seperti kemampuan retorika dan kreativitas penyajian memang perlu diperhatikan. Akan tetapi, yang tidak kalah penting adalah menjaga adab dan akhlak yang baik sebagai seorang pendakwah. Hal ini akan menjadi pondasi yang kuat bagi efektivitas dakwah itu sendiri.
Dengan memadukan kemampuan retorika yang baik serta dilandasi oleh kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang luhur, seorang pendakwah akan dapat menyampaikan pesan-pesan kebaikan dengan lebih impresif dan diterima dengan terbuka oleh mad'u (audiens). Inilah yang menjadi esensi terpenting dalam aktivitas dakwah.
Oleh: Syamsul Yakin dan Dwi Putri Riani
(Dosen Retorika Dakwah dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H