Mohon tunggu...
Dwi Putri Riani
Dwi Putri Riani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis sebuah artikel, fotografi dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Etika dalam Seni Berdakwah

25 Juni 2024   14:23 Diperbarui: 25 Juni 2024   14:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam praktiknya, retorika dan dakwah harus menerapkan adab. Hal-hal yang positif perlu diterapkan, sementara hal-hal negatif harus dihindari. Prinsip baik dan buruk berlaku secara timbal balik, baik bagi pembicara (orator dan dai) maupun pendengar (audiens dan mad'u).

Dalam Islam, adab secara umum merujuk pada aturan dan tata krama yang bersumber dari Al-Qur'an. Adab ini digunakan sebagai pedoman dalam menjalin komunikasi dialogis antar sesama manusia. Dalam perspektif Islam, adab menempati posisi yang lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan.

Dalam komunikasi Islam, khususnya dalam aktivitas dakwah, aspek kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti menjadi hal yang sangat diutamakan. Komunikasi dalam Islam tidak hanya berfokus pada hasil yang ingin dicapai, tetapi juga memperhatikan proses penyampaiannya. Dalam konteks ini, adab atau tata krama memiliki peran yang penting dalam retorika dakwah.

Dalam Islam, adab dan akhlak memiliki perbedaan yang jelas. Adab merupakan seperangkat aturan atau tata krama yang bersifat mengikat, sementara akhlak adalah panggilan hati yang timbul tanpa adanya paksaan. Dengan kata lain, akhlak adalah respons spontan yang lahir dari dalam diri.

Dalam konteks retorika dakwah, adab menjadi aspek yang lebih tepat untuk dikedepankan. Hal ini dikarenakan adab bersifat mengikat dan memberikan kerangka bagi pembicara dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah secara santun, sopan, dan sesuai dengan etika yang berlaku. Pendekatan adab ini akan membantu menjaga agar pesan dakwah tersampaikan dengan baik dan diterima dengan terbuka oleh mad'u (audiens).

Sementara itu, akhlak atau respons spontan yang ditunjukkan oleh orator atau dai saat menyampaikan ceramah atau pidato muncul secara alami, bukan karena terikat oleh aturan agama atau budaya, maupun direncanakan atau dibuat-buat. Meskipun demikian, akhlak dapat dipelajari, dilatih, dan dijadikan kebiasaan.

Dari perspektif aksiologi, adab memberikan manfaat bagi orator dan dai dalam membimbing mereka untuk menjadi manusia yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan konteks waktu dan tempat. Hal ini berkaitan dengan konsep ethos dalam ilmu retorika, yang turut mempengaruhi komunikan atau audiens.

Dengan kata lain, penerapan adab oleh orator dan dai dapat membentuk karakter dan kualitas diri mereka sebagai komunikator yang kredibel dan dapat dipercaya. Hal ini pada akhirnya akan berdampak positif pada penerimaan pesan-pesan dakwah oleh mad'u (audiens).

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, adab dalam retorika dakwah dapat dipahami sebagai berikut:

Pertama, adab retorika dakwah merupakan seperangkat aturan mengenai kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti yang harus diterapkan oleh orator atau dai saat menyampaikan ajakan kepada kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun