Mohon tunggu...
Dwi Putri Riani
Dwi Putri Riani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis sebuah artikel, fotografi dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Retorika sebagai Keterampilan

23 April 2024   17:55 Diperbarui: 23 April 2024   18:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Retorika

Berbicara dan menulis yang dimaksud untuk membujuk adalah pengertin dari Retorika. Retorika lebih sebagai keterampilan daripada pengetahuan. Karena retorika lebih bersifat praktis dibandingkan teoritis. Tidak mengherankan jika retorika mengacu pada keterampilan berbahasa yang efektif, baik lisan maupun tulisan.

Secara lisan, retorika terlihat ketika seseorang menyampaikan pidato yang indah kepada audiens dengan bahasa dan kata-kata yang menarik, intonasi dan dinamika yang naik turun, serta rima yang seindah puisi. 

Tidak hanya itu, seorang ahli retorika tidak jarang menyelipkan ungkapannya yang terkesan sombong itu dengan sebuah candaan untuk menghibur, atau kegiatan untuk mencairkan suasana, termasuk sindiran.

Kata-kata bijak seorang nabi, filosof atau pujangga kerap menjadi ide untuk dikutip oleh seorang ahli retorika. Para pengkhotbah agama yang ahli dalam retorika seringkali mengutip ayat-ayat Al-Qur'an sebagai landasan teologis argumentasinya.

Kemampuan memadukan bahasa lisan ini seringkali menimbulkan emosi pada pendengarnya. Pendengarnya kadang terharu, sedih, tertawa, emosi dan marah. Padahal, seorang motivator, dosen, dan provokator teladan mempunyai kemampuan retorika yang cukup memadai.

Dalam menulis, keterampilan seseorang diwujudkan ketika ia menulis atau mengarang baik fiksi maupun non-fiksi. Menulis itu lancar, indah, dan ringkas.

Seperti halnya retorika lisan, retorika tertulis yang baik harus mengikuti kaidah retorika seperti pemahaman makna kata, frasa, dan kalimat. Keterampilan tata bahasa yang normal juga diperhitungkan. Seorang penulis yang ahli dalam retorika biasanya ahli dalam logika, seni, filsafat, dan ilmu sosial.

Mengukur kekuatan retorika lisan seseorang dapat dengan beberapa cara. Salah satu caranya adalah dengan menerjemahkan bahasa lisan ke dalam teks. Jika mudah dibaca, terstruktur secara tata bahasa, dan tidak mengandung banyak pengulangan atau redundansi yang tidak perlu, maka retorika lisan seseorang pasti bagus.

Sebaliknya, jika bahasa tulisannya efektif, menarik, dan indah, seperti ketika digunakan sebagai teks lisan. Tidak ada keraguan bahwa retorika yang ditulis oleh orang-orang itu bagus.

Hingga kini sering dijumpai retorika ketika, misalnya, seorang politisi diwawancarai atau ia menulis di ruang publik. Ketika politisi berbicara dan menulis, mereka sering kali menggunakan pendekatan normatif yang tidak dapat disangkal. Itu retorika politik, salah satunya.

Oleh: Syamsul Yakin dan Dwi Putri Riani 

(Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun