Mohon tunggu...
Muhammad Hudzaifah
Muhammad Hudzaifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Perbankan syariah S1

Mahasiswa yang mencoba untuk sedikit beropini sehingga tidak hanya numpang hidup di bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Jas Merah " Tragedi di tanah Konoha

16 Oktober 2022   12:48 Diperbarui: 16 Oktober 2022   12:59 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tragedi di Negeri Konoha

Banyak sekali tragedi di negeri ini yang selama ini kita ketahui sangat memilukan mengingat kejadian tersebut terjadi di negeri yang konon penuh dengan toleransi dan kebaikan. 

Sebelum saya melanjutkan, saya ingin menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada para korban tragedi Kanjuruhan pada tanggal 1 Oktober 200 yang terjadi seminggu yang lalu.

 Semoga kejadian ini dapat diusut tuntas agar tragedi serupa tidak terjadi lagi di negeri kita tercinta ini.

 Peristiwa G30S PKI Peristiwa G30S/PKI atau yang biasa dikenal dengan Gerakan 30 September adalah salah satu peristiwa pemberontakan komunis yang terjadi pada bulan September setelah bertahun-tahun kemerdekaan di Indonesia.

 Peristiwa G30S PKI terjadi pada malam hari, tepatnya tanggal 30 September 1965. Sedikitnya 7 perwira senior tewas dalam kudeta tersebut. Partai Komunis dalam posisi yang sangat kuat pada waktu itu karena didukung oleh presiden pertama Indonesia, Iri. H Soekarno. Tak heran, upaya segelintir orang untuk menggulingkan Partai Komunis berakhir dengan kegagalan berkat bantuan presiden saat itu. 

Berawal dari peristiwa penculikan 7 orang jenderal TNI oleh sekelompok prajurit yang bergerak dari bandara menuju kawasan selatan Jakarta. Tiga dari tujuh . jenderal tewas di rumahnya, yakni Ahmad Yani, M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan. Sementara itu, tiga orang lagi ditangkap hidup-hidup, yakni Soeprapto, S. Parman dan Sutoyo. Sasaran utama pasukan, Abdul Harris Nasution, berhasil melarikan diri saat mencoba melompati tembok perbatasan kedutaan Irak. Namun, Pierre Tendean dan putrinya Ade Irma S.

Ajudannya jenderal Nasution tewas setelah ditangkap dan ditembak pada 6 Oktober. Korban tewas bertambah ketika tim penculik menembaki polisi yang menjaga rumah Nasution di sebelahnya.

Abert Naiborhu adalah korban terakhir dari insiden ini. Tidak sedikit mayat para jenderal yang dibunuh lalu dibuang di Lubang Buaya. Sekitar 2.000 prajurit TNI dikirim untuk menduduki tempat yang sekarang menjadi Lapangan Merdeka di Monas.

 Meskipun mereka tidak berhasil mengamankan bagian timur wilayah ini. Karena pada saat itu merupakan wilayah markas KOSTRAD yang dipimpin oleh Suharto. Pukul 7 Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan laporan Komandan Cakrabiwa Untung Syamsur bahwa seorang G30S PKI berhasil ditangkap di beberapa lokasi strategis di Jakarta bersama personel militer lainnya. Mereka mengklaim bahwa G-30-S sebenarnya didukung oleh CIA, yang bertujuan untuk mencopot Sukarno dari jabatannya.

 Tinta kegagalan hampir ditulis ke sejarah peristiwa G30S/PKI. Pak Harto nyaris tidak digubris karena dinyatakan dia bukan salah seorang dari tokoh politik.

Setelah beberapa waktu, salah satu tetangga memberi tahu Suharto tentang penembakan pada pukul 7:30 pagi dan hilangnya beberapa jenderal yang dicurigai melakukan penculikan.

Mendengar kabar tersebut, Soeharto langsung mendatangi markas KOSTRAD dan menghubungi TNI AL dan Polri. Suharto juga berhasil segera menyerahkan dua batalyon pasukan kudeta. Dimulai dengan kedatangan pasukan Brawijaya di area markas KOSTRAD. Prajurit Diponegoro kemudian mengikuti dan melarikan diri ke Halim Perdana Kusuma.

Karena proses yang belum matang, Suharto akhirnya mencegah kudeta yang diprakarsai oleh PKI. Sehingga, kondisi itu membuat para prajurit yang berada di Lapangan Merdeka merasa kehausan, melindungi presiden yang berada di istana.

Gerakan 30 September atau sering disingkat G 30 S PKI adalah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa lainnya tewas dalam kudeta. d'etat terhadap anggota Partai Komunis Indonesia. G30S PKI 1965 Korban 7 Nama Pahlawan Revolusi

1. Panglima TNI Letjen Ahmad Yani,

2. Mayjen TNI R. Suprapto

3. Mayjen TNI M.T. Haryono

4. Mayjen TNI Siswondo Parman

5. Brigjen TNI DI Panjaitan

6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo

7. Letnan Pierre Tendean

Tujuan G30S/PKI adalah tindakannya sebagai republik 0 SP menggunakan PKI di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan kekuatan PKI dan tidak pernah lepas dari tujuan PKI membentuk pemerintahan komunis.

* Jika tujuan konstan komunis di negara non-komunis adalah untuk merebut kekuasaan negara dan komunisme.

* Dalam jangka panjang, pekerjaan dilakukan secara terus menerus dari generasi ke generasi.

* Aksi yang dilakukan juga tidak lepas dari rangkaian aksi komunisme internasional. Hikmat dan Ajaran Mengingat kejadian memilukan yang terjadi pada tanggal 30 September 965.

Sungguh menyedihkan mengingat tragedi yang begitu mengerikan terjadi di Indonesia. Sekali lagi perlu diingat bahwa tragedi ini tidak hanya menewaskan 7 korban tetapi juga mengingat berapa banyak umat Islam seperti Kiai, Santri juga menjadi korban pembantaian atas nama kemanusiaan itu. Itu benar, seperti komunis yang buruk.

 Mereka membuat naskah mereka sendiri, menjadikan mereka pahlawan dan menjadikan Kiai dan Priyai penjahat. Dan atas nama kemanusiaan, mengatakan bahwa ini adalah perjuangan mereka melawan ketidakadilan, ribuan nyawa dengan mudah dibunuh.

 Jadi hati-hati, kita harus tahu bahwa selalu ada kekuatan yang mengawasi negara kita dengan mata lapar, menunggu kita untuk menurunkan kewaspadaan kita. sehingga mereka dapat melakukan kudetanya. Mengaancurkan dan menjatuhkan bumi ini ke dalam lembah kehancuran. Presiden Republik Indonesia Soekarno Hatta mengatakan : "jas merah jangan pernah melupakan sejarah". Karena pada kenyataannya, berbagai tragedi, kejahatan selalu memiliki pola dan penyebab yang sama, yaitu: keserakahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun