Pada dasarnya perasaan lebih berkonsentrasi, produktif, dan aktif di tengah malam bisa disebabkan oleh hormon kortisol yang diproduksi akibat kamu tetap beraktivitas pada jam tidur (begadang). Hormon tersebut memiliki efek positif terhadap alertness dan feeling of activeness.Â
Bahwa kortisol ialah hormon stress, tetapi anda merasa lebih berkonsentrasi pada malam hari dan akhirnya bergadang. Bisa jadi anda adalah tipe yang konsentrasi di suasana sepi dan tenang. Kalau iya, bukan masalah waktu, tetapi masalah tempat saja. Konsentrasi meningkat disebabkan karena alertness-nya tinggi akibat kortisol naik di dalam tubuhmu. Artinya, badanmu mulai tidak merespon dengan baik.
Dari pada begadang, kita coba terapin Early Bed Early Wake untuk yang sibuk. Jadi, tidur lebih awal dalam keadaan gelap, bangun lebih awal pula di pagi hari untuk garap lembur/tugas dengan ruangan terang. Early Bed, Early Wake bebas mau set jam berapa saja. Misalnya, jam 22.00 sudah tidur (berarti jam 21.30s udah siap-siap di atas kasur) lalu bangun jam 05.00 pagi. Olahraga nya bebas. Bisa dengan yoga, jogging, stretching, game, push up, HIIT, dan angkat beban. (Rizal, 2019)
Sedikit Tips Untuk Sobat Ambis Dan Rekomendasi Yang Dapat Dilakukan Untuk Bisa Tidur Lebih Baik.Â
- Buat jadwal kamu yang pasti, kapan kamu tidur dan kapan bangun. Syarat lainnya, kamu harus patuh terhadap jadwal yang kamu buat. Apapun yang terjadi kamu harus patuh. Cara mudahnya, pasang alarm. Pastikan kamu tidur setidaknya 6 jam dalam semalam tidak usah alasan, seperti percuma alarm karena pasti tidur lagi. Itu karena niat kamu belum kuat
- Gunakan kasur HANYA untuk tidur saja. Jangan menggunakan untuk makan, rebahan, nonton drama korea, dan sejenisnya. Dengan begini, otak akan terbiasa menganggap kalau menyentuh kasur artinya tidur. Hasilnya, kamu akan lebih cepat untuk jatuh tidur/terlelap Kalau kondisi kamar tidak memungkinkan untuk tidak beraktivitas di atas kasur, hindari merebahkan tubuh apabila tidak akan tidur
- Buang ponsel kamu ketika menyentuh kasur untuk tidur. Lepas ponselmu. Jangan biasakan mata terpapar radiasi elektronik sebelum tidur.
- Kalau selama 15-20 menit kamu masih belum bisa terlelap meskipun sudah guling sana sini, silahkan bangun. Duduk dan ambil buku, baca-baca sampai kamu merasa ngantuk lagi dan tidur. Dalam keadaan seperti ini jangan sekali-kali meraih handphone kamu. Prinsipnya, kalau mau tidur jangan sentuh apapun yang memiliki daya distraksi paling tinggi, misalnya HP. Setelah membaca buku lalu mengantuk, segera kembali ke kasur dan tidur
- Jangan minum sebelum tidur. Beri jarak setidaknya 1 jam sebelum tidur, itulah minum terakhir kamu. Terutama bagi yang beser atau sering buang air kecil.
- Buat jadwal manajemen stres terhadap tugas. Misalnya, hari ini banyak tugas berat maka selesaikan sampai tuntas besoknya, santai atau mengerjakan tugas yang lebih santai. Lusa mulai kerjakan lagi hal yang berat. Jangan biarkan fisik dan pikiranmu terforsir oleh kegiatan berat yang memicu stres secara berturut-turut setiap hari. Itu dapat memengaruhi kualitas tidur kamu.
- Minum segelas air sejuk dan berdiri di bawah sinar matahari pagi untuk melakukan olahraga ringan, seperti pemanasan/peregangan tubuh
- Kurangi konsumsi kafein. Kafein tidak hanya kopi, bahkan beberapa jenis teh justru memiliki kadar kafein yg lebih tinggi dibanding kopi.
- Sekali lagi, hindari konsumsi alkohol. Terutama pada waktu makan malam.
- Kalau kamu pekerja shift malam, tipu tubuh kamu dengan modifikasi lingkungan. Saat bekerja, ubah ruangan kamu seperti siang hari dengan sinar dan cahaya lampu yang terang. Begitu pulang ke rumah, ubah kamar kamu seperti malam. Cegah cahaya matahari masuk ke dalam kamar, segera tidur. (Arturo Arrona-Palacios, n.d.)
Ayo yang lagi begadang karena tugas/kerjaan, coba yuk tutup laptop/bukunya. Tidur sekarang, bangun lebih pagi. Kemudian lanjutkan kegiatan yang tertunda semalam. Itu lebih baik dari pada harus begadang. Early bed early wake. Stay Alive!
Referensi
Ansar J, Dwinata I, M. A. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(3), 28–35.
Arturo Arrona-Palacios, P. D. (n.d.). Division of Sleep Medicine. Harvard Medical School. https://sleep.hms.harvard.edu/
Rizal, D. (2019). TIPS DAN REKOMENDASI YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK BISA TIDUR LEBIH BAIK. https://karyakarsa.com/afrkml/posts?tag=Ketika Tubuh Berdialog
Widyaswara Suwaryo, P. A., Widodo, W. T., & Setianingsih, E. (2019). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Stroke. Jurnal Keperawatan, 11(4), 251–260. https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i4.530
 Covassin, N., & Singh, P. (2016). Sleep Duration and Cardiovascular Disease Risk Epidemiologic and Experimental Evidence. Sleep Medicine Clinics, 11(1), 81–89. https://doi.org/10.1016/j.jsmc.2015.10.007
Koo, D. L., Nam, H., Thomas, R. J., & Yun, C. H. (2018). Sleep disturbances as a risk factor for stroke. Journal of Stroke, 20(1), 12–32. https://doi.org/10.5853/jos.2017.02887
Phua, C. S., Jayaram, L., & Wijeratne, T. (2017). Relationship between sleep duration and risk factors for stroke. Frontiers in Neurology, 8(AUG), 1–6. https://doi.org/10.3389/fneur.2017.00392
Smajlović, D. (2015). Strokes in young adults: Epidemiology and prevention. Vascular Health and Risk Management, 11, 157–164. https://doi.org/10.2147/VHRM.S53203