Jarang atau tidak pernah olahraga (duduk atau rebahan seharian) dapat memicu diabetes. Tubuhmu perlu gerak. Olahraga akan membantu metabolisme tubuhmu tetap seimbang. Kurangnya aktivitas fisik adalah penyebab terbesar dari segala jenis penyakit, termasuk diabetes. Lalu, Bagaimana tips agar bisa memulai olahraga?
- Bergeraklah sebanyak apapun yang kamu bisa. Setidaknya, gerakan tubuhmu dengan olahraga selama 150 menit/minggu. Hitungan per harinya bisa 30 menit/hari.
- Bedakan antara aktivitas harian dengan olahraga. Jangan sangka apabila setiap hari jalan kaki dari rumah ke kantor sama saja dengan olahraga. Itu merupakan aktivitas harian mu, bukan olahraga. Olahraga adalah aktivitas yang direncanakan dan fokus. Mulai dengan peregangan otot-otot, push up, sit up, dll
- Prinsipnya, masukkan olahraga sebagai bagian dari aktivitas harianmu, bukan menjadikan aktivitas harianmu sebagai olahraga. Tidak harus setiap hari olahraga, bisa seling-seling, 3-4 kali seminggu.
Begadang / Bangun Kesiangan
Kebanyakan orang memiliki kebiasaan ini. Bagi sebagian orang, begadang dan molor adalah hal yang biasa saja. Tidak sedikit yang bahkan meremehkan dampak yang akan mereka alami suatu hari nanti.Â
Termasuk masalah deprivasi tidur pada sebagian pekerja shifts yang mendapatkan jadwal jaga malam. Apabila tidak cerdas dalam mengatur pola istirahat atau tidurnya, risiko masalah kesehatan, termasuk diabetes dapat meningkat. (P2PTM Kemenkes RI, 2019)
Skip Breakfast / Tidak Sarapan
Banyak sekali alasan mengapa banyak orang sering kali melewatkan waktu sarapan, seperti sibuk, tidak bisa makan nasi saat pagi hari, bangun kesiangan, dll. Padahal, sarapan adalah waktu makan yang paling penting. Saat kamu bangun tidur, kadar glukosa di dalam tubuhmu sangat rendah.
Artinya, tubuh kekurangan sumber energi untuk memulai beraktivitas. Kalau tidak sarapan energimu tidak ada, sedangkan aktivitas tetep berjalan. Akhirnya memecah glukagon menjadi glukosa. Tujuannya supaya ada glukosa cadangan yang dapat digunakan untuk beraktivitas.Â
Kemudian saat jam 12 masuk waktu nya untuk makan siang, biasanya kalau sudah begini akan terasa lapar dan pada akhirnya akan makan banyak sekali atau berlebihan. Tentu saja akan ada banyak sekali nutrisi yang masuk ketika sumber energi dari dalam hampir habis. Mau mencerna pakai energi dari mana? Pankreas akan menjadi bingung. Akhirnya banyak gula yang tidak tuntas dicerna, dan hasilnya gula darah pun akan naik.
Jarang Minum / Sedikit Sekali Minum
Hidrasi adalah hal yang penting bagi siapapun. Dehidrasi dapat memengaruhi kadar gula darah tubuh kita. Kita semua tahu kalau air mempengaruhi kekentalan aliran darah,Â
Apabila kita tidak minum cukup air, darah akan menjadi kental. Kekentalan darah menunjukkan bahwa gula darah menjadi lebih terkonsentrasi. Peningkatan konsentrasi gula darah dapat memicu diabetes. Masalah tidak berhenti disitu saja, aliran darah yang kental dapat mengganggu kerja ginjal.Â
Ginjal tidak mampu menyerap glukosa yang berlebih sehingga sebagian akan dikeluarkan melalui urine. Lambat laun ginjal akan rusak (salah satu komplikasi penderita diabetes). Kendaan ini memicu otak untuk mengaktifkan sinyal rasa haus sehingga orang dengan diabetes akan merasa haus terus menerus, padahal baru saja selesai minum air (salah satu tanda trias diabetikum / ciri khas penderita diabetes). (Rizal, 2019)
    Diagnosis diabetes tidak ditegakkan hanya dalam sekali periksa. Perlu serangkaian uji yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan sehingga apabila muncul tanda gejala spesifik diabetes atau punya riwayat keluarga diabetes, segera lakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan. Gejala diabetes dikenal dengan Trias Diabetikum. (P2PTM Kemenkes RI, 2019).
- Sering merasa lapar, padahal baru saja selesai makan
- Sering merasa haus.
- Sering kencing atau meningkatnya frekuensi buang air kecil,
- Penurunan Berat Badan
- Pandangan yang kabur.
    Diabetes tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, gula darah pada penderita diabetes dapat ditangani dan dikontrol. Artinya, penderita bisa mempertahankan kadar gula darah tetap dalam kadar normal sehingga tidak menyebabkan komplikasi. (Rizal, 2019)