Mohon tunggu...
Dwi Yudha Meydiansyah
Dwi Yudha Meydiansyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Biasa

Pendidikan, Energi, Lingkungan, Teknologi, dan Keterbaruan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Nikel, Tesla, dan Ketertarikannya pada Indonesia

9 Mei 2023   10:22 Diperbarui: 9 Mei 2023   11:56 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nikel adalah mineral penting yang digunakan dalam berbagai industri, termasuk teknologi dan otomotif. Baru-baru ini, kebutuhan nikel meningkat secara signifikan, terutama karena permintaan kendaraan listrik yang terus meningkat. Salah satu produsen mobil listrik terkemuka, Tesla, memerlukan pasokan nikel yang cukup untuk memproduksi baterai mobil listrik mereka yang berkualitas tinggi.

Menurut laporan terbaru, Tesla sedang mencari cara untuk memastikan pasokan nikel yang memadai dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan baterai mobil listrik mereka. Tesla bahkan mengumumkan rencana untuk membangun pabrik baterai di Indonesia, yang merupakan produsen nikel terbesar di dunia. 

Elon Musk, pendiri Tesla, mengungkapkan ketertarikannya pada nikel dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan baterai mobil listrik yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dia bahkan menyarankan penggunaan teknologi penggantian nikel yang lebih murah dan ramah lingkungan. Musk mengatakan, "Jika Anda bisa membuat baterai tanpa nikel atau menggunakan jumlah yang jauh lebih kecil, itu akan sangat membantu dalam produksi baterai yang lebih ramah lingkungan."

Namun, beberapa ahli industri memperingatkan bahwa pengurangan penggunaan nikel dalam baterai mobil listrik dapat berdampak negatif pada kinerja dan daya tahan baterai. Sebuah studi oleh Battery Minerals Consulting pada tahun 2021 menunjukkan bahwa baterai mobil listrik yang mengandung sedikit nikel dapat memiliki masa pakai yang lebih pendek dan memerlukan lebih banyak energi untuk memproduksi.

Sementara itu, Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk memenuhi permintaan nikel global. Menurut data International Nickel Study Group, produksi nikel Indonesia mencapai 800 ribu ton pada tahun 2020 dan diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 900 ribu ton pada tahun 2022.

Namun, produksi nikel Indonesia sering kali dihadapkan pada masalah lingkungan dan sosial. Aktivitas tambang nikel sering kali menimbulkan polusi dan konflik dengan masyarakat setempat. Karena itu, penting untuk mengembangkan praktik tambang yang berkelanjutan dan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam produksi nikel.

Pemerintah Indonesia dan industri tambang telah mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan keberlanjutan produksi nikel di Indonesia. Pada tahun 2020, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan di sektor tambang. Selain itu, beberapa perusahaan tambang nikel juga telah menerapkan praktik tambang yang lebih ramah lingkungan dan berupaya membangun hubungan yang lebih baik dengan masyarakat setempat.

Dalam konteks yang lebih luas, permintaan nikel yang terus meningkat dan ketertarikan pada teknologi ramah lingkungan menciptakan peluang untuk mengembangkan solusi yang lebih berkelanjutan dalam produksi dan penggunaan nikel. Seperti yang disampaikan oleh Andrew Mitchell, pendiri dan presiden Earth Day Network, "Kami membutuhkan teknologi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menghasilkan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia, termasuk untuk kendaraan listrik."

Selain itu, pengembangan teknologi dan inovasi dapat membantu mengurangi ketergantungan pada nikel dan mineral lainnya yang jarang, serta memperbaiki kualitas baterai mobil listrik. Sebuah studi oleh Agencia Internacional de Energia menunjukkan bahwa teknologi dan inovasi dalam industri baterai dapat membantu mengurangi penggunaan nikel dan mineral lainnya hingga 30% pada tahun 2030.

Dalam rangka mempercepat pengembangan teknologi dan inovasi, kolaborasi dan investasi dalam riset dan pengembangan sangat penting. Seperti yang disampaikan oleh Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, "Kami mengajak industri dan mitra internasional untuk bekerja sama dalam riset dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi produksi nikel, serta mengembangkan baterai dan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun