Mohon tunggu...
Dwiyana Wika Rini
Dwiyana Wika Rini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswi Mercu Buana-41522110026-Prodi TI

Dosen pengampuh Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak, mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Sabtu 17:30 - 18:40 (VE-014), jurusan teknik informatika

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dialeksi Antara Jagat Gumelar, Jagat Gumulung

17 Mei 2024   00:22 Diperbarui: 17 Mei 2024   00:32 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Modul Prof Appolo

Dalam konteks kebudayaan Jawa, istilah "Sadulur Papat Lima Pancer" dapat diterjemahkan sebagai "saudara empat lima pancar" atau "saudara yang memiliki lima pancar", di mana pancar berarti "cahaya" atau "pengetahuan". 

Dalam konteks ini, istilah "Sadulur Papat Lima Pancer" berasal dari kepercayaan dan filsafat Roh Jawa yang memengaruhi cara orang Jawa berpikir dan bertindak. 

Istilah ini terkait dengan ide-ide dalam filsafat Roh Jawa dan spiritualitas yang berfokus pada membangun kesadaran dan kebijaksanaan melalui interaksi dengan kehidupan luar.

Dalam studi filsafat Roh Jawa, "Sadulur Papat Lima Pancer" digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan makhluk lain. Istilah ini juga terkait dengan konsep "kejawen", yang berdampak pada cara berpikir dan berperilaku masyarakat Jawa, termasuk dalam konteks spiritualitas dan filsafat. Dalam penelitian ini, "Sadulur Papat Lima Pancer" digunakan untuk menggambarkan bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan alam dan makhluk.

 

Sumber gambar Modul Prof Appolo
Sumber gambar Modul Prof Appolo

Nilai filosofis Kejawem adalah perjalanan empat tahap menuju manusia sempurna oleh sang bima (Werkudara). Kisah tokoh Werkudara dalam menuju manusia sempurna pada cerita dewaruci dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat (jawa disebut: laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa. Atau menurut ajaran Mangkunegara IV seperti disebutkan dalam Wedhatama (1979:19-23), empat tahap laku ini disebut: sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa

Sumber gambar Modul Prof Appolo
Sumber gambar Modul Prof Appolo

"Sedulur Papat Lima Pancer" dapat digunakan sebagai simbol dalam konteks metafora dimensi ruang dan waktu untuk menggambarkan bagaimana manusia dapat berinteraksi secara harmonis dengan alam dan makhluk lain. Istilah ini terkait dengan konsep spiritualitas dan filsafat Roh Jawa yang berfokus pada pengembangan kesadaran dan kebijaksanaan dalam interaksi dengan alam dan makhluk lain. Dalam penelitian ini, "Sedulur Papat Lima Pancer" digunakan untuk menggambarkan bagaimana manusia dapat mencapai kesadaran dan kebijaksanaan dengan berinteraksi dengan alam dan makhluk lain secara harmonis dalam ruang dan waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun