Mohon tunggu...
Dwi Wahyudi
Dwi Wahyudi Mohon Tunggu... guru -

Generasi harapan pewaris negeri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Salah Satu Sisi Amangkurat

10 April 2018   11:04 Diperbarui: 10 April 2018   11:03 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amangkurat Agung, salah satu raja Mataram yang pernah berkuasa, membuat keputusan untuk dekat, berteman dengan kompeni VOC. Sikap ini berbeda dengan yang dilakukan ayahandanya Sultan Agung yang jelas-jelas melawan penjajah bahkan melakukan perlawanan secara fisik. Sikap Amangkurat yang dekat dan bersahabat dengan VOC ini dimaksudkannya untuk lebih menguatkan posisi Mataram yang mulai sedikit demi sedikit ada tanda-tanda dari wilayah bawahan yang akan menarik diri, memerdekakan diri.

Kedekatan dengan VOC ini akan menyangga Mataram secara ekonomi maupun peralatan tempur. Konon waktu itu, Amangkurat Agung sedang ingin membersihkan Jawa sisi timur, dari ancaman Bali yang mulai merangsek masuk. Keadaan ini butuh penguatan Kerajaan Mataram yang juga sedang membangun istana baru di Plered.

Kedekatan Mataram dengan Kompeni VOC ini tentunya menyulut ketidaksetujuan dari golongan tua yang dulu juga mengabdi untuk Raja Sebelumnya, Sultan Agung. Patih, tumenggung, dan abdi dalem dari golongan tua ini sangat tidak setuju dengan kebijakan Amangkurat Agung yang dekat-dekat dengan Kompeni VOC. Akibat silang pendapat ini hubungan di antara mereka menjadi renggang.

Berbagai kebijakan  lain juga akhirnya seringkali mendapat interupsi dari golongan ini. Karena semakin lama semakin menganga kerenggangan hubungan antara raja dan golongan tersebut, maka timbullah pikiran dari Amangkurat untuk menyingkirkan golongan tua dari kerajaan. Tapi perlu alas an yang tepat dan masuk akal untuk menyingkirkan mereka dari istana. Kala gegabah tentunya akan mendapat protes dari rakyat dan abdi dalem. Karena mereka tahu persis bagaimana pengorbanan mereka untuk Mataram. Tengoklah sang Patih Wiroguno.

Akhirnya niat Amangkurat untuk menyingkirkan golongan tua itu pun benar-benar mendapat ide segar. Amangkurat menjadwalkan penyerangan ke Brang Wetan (mungkin daerah Blambangan atau Banyuwangi) untuk membersihkan pemberontak dan penyusup dari Bali. Dalam penyerangan itu, Amangkurat menyertakan Patih Wiroguno menjadi salah satu pimpinan pleton dalam pasukan itu.

Dalam perjalanan yang panjang dari Mataram ke Brang Wetan, Amangkurat memercayakan ke anak buah kepercayaan untuk menghabisi Patih Wiroguno. Kejadian nahas itu terjadi di daerah Kadiri yang waktu itu rombongan beristirahat di suatu tempat. Racun disebarkan untuk menghabisi Patih Wiroguno dan beberapa tumenggung dari golongan tua. Dan benar, mereka benar-benar habis besama pasukan.

***

Begitulah kekuasaan. Tidak sekarang tidak dahulu. Ketika ada ketidaksetujuan seseorang atau suatu golongan kepada penguasa. Maka bisa ditebak bagaimana nasibnya terhadap penguasa. Akan tetapi hal tersebut bisa diredam dengan pemulihan hubungan. Entah dimulai oleh bawahan atau penguasa. Dan yang akan tercatat sebagai negarawan mulia adalah yang memulai untuk memulihkan agar hubungan menjadi baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun