Mohon tunggu...
Dwi Wahyudi
Dwi Wahyudi Mohon Tunggu... guru -

Generasi harapan pewaris negeri

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Donald Trump menjamu Setyo Novanto, Jokowi menjamu As Sisi, Lihatlah Media

8 September 2015   09:52 Diperbarui: 8 September 2015   10:06 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa waktu lalu ketua parlemen Indonesia, Setyo Novanto mengunjungi Amerika Serikat. Di sana, salah satu agendanya adalah bertemu dengan Donald Trump, salah satu calon Presiden Amerika Serikat. Kontan, berita ini membuat heboh publik tanah air. Apalagi sosok Setyo Novanto yang berasal dari Partai Non Pemerintahan sehingga dibakar, digoreng oleh media sedemikan hebat. Seolah-olah itu suatu tindakan yang sangat tidak pantas. Karena semua tahu bahwa hampir semua media mainstream seolah condong ke pemerintah. Sehingga selalu memberitakan kebaikan pemerintah dan di sisi lain menyerang siapapun yang berani mengkritisi pemerintah.

Kasus Novanto ke Amerika ini adalah salah satunya. Kalau pun ini tindakan yang kurang menguntungkan untuk Indonesia, bisa jadi tidak sedemikian heboh kalau yang melakukannya adalah dari pihak pemerintahan. Tapi karena ini yang melakukan (kunjungan ke Amerika) adalah dari Non pemerintah, maka jadilah ia bahan gorengan yang empuk dan menggemaskan. Apalagi, Novanto ke Amerika bertemu dengan salah satu calon Presiden Amerika. Ingat, baru calon presiden. Tentulah hal yang biasa juga dilakukan di negeri mana pun. Ketika akan maju menjadi calon presiden atau calon pemimpin, maka ia berusaha menarik siapa pun untuk diajak kampanye bersama.

Di sisi lain, lihatlah di Istana. Siapa yang datang ke Istana? Orang Mesir yang merebut dengan paksa tahta presiden sah. Dialah As Sisi yang bahkan dengan beringas menghabisi rakyat Mesir. As Sisi menggulingkan presiden hasil pemilu yang sah. Karena diotak-atik sedemikian hingga (tentunya bersama media) jadilah seolah-olah Presiden Mursi patut untuk dilengserkan. Akhirnya, karena terbakar oleh media, banyak rakyat yang turut melengserkan Presiden sah itu.

Nah, petaka terjadi. Setelah As Sisi berhasil naik merebut kursi presiden, gelombang massa yang lebih besar turun ke jalan. Menentang cara licik As Sisi dalam merebut kursi presiden. Jutaan rakyat Mesir yang turun ke jalan ini lah yang menjadi sasaran keberingasan As Sisi. Kalau dunia mau bertanya kepada hati nuraninya, semua pasti akan mengatakan As Sisi adalah penjahat. Membunuh jutaan rakyat Mesir yang menuntut dikembalikannya Presiden mereka yang sah.

Nah, As Sisi yang membantai rakyatnya seperti itu bolehlah dikatakan sebagai teroris yang sesungguhnya. Pelanggar HAM berat, kalau masyarakat dunia mau adil dalam memberikan justifikasi. Ya, As Sisi adalah pelanggar HAM berat. Membunuh demokrasi yang sedang tumbuh di Mesir setelah sekian lama dimatikan.

Namun, lihatlah. Dia disambut di Istana. Oleh presiden Jokowi. Disambut sebagai tamu kehormatan. Tapi, lihat media. Diam. Atau malah memberikan apresiasi jempolan kepada peristiwa ini. sungguh sesuatu yang terbolak-balik. Bukankah negara Indonesia adalah negara demokrasi? Tapi mengapa malah menjamu dengan penuh kehormatan terhadap pelanggar dan pembunuh demokrasi. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi dihormatinya Hak Asasi Manusia. Namun, As Sisi pelanggar berat HAM malah disambut sedemikian penting. Menerima, menyambut itu artinya mengakui eksistensinya.

Ini sama dengan menyatakan bahwa apa yang dilakukan As Sisi membantai jutaan rakyatnya, merebut tahta presiden sekaligus membunuh demokrasi itu dibenarkan. Sungguh sangat tragis. Dan media hanya diam. Atau malah mengapresiasi positif. Karena yang melakukan penyambutan adalah presiden.  Tidak terbayangkan bagaiman reaksi media seandainya yang menyambut As Sisi adalah Setyo Novanto atau siapapun dia, yang berasal dari non pemerintah. Pasti sudah digoreng, disambal, dicincang oleh media mainstream tanah air.

Media, wartawan kenapa kalian ini?

#turutBerduka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun