Mohon tunggu...
Dwi Utari
Dwi Utari Mohon Tunggu... -

Wanita Jawa | Artraveler | Agribusiness College Student 49 IPB "Hadza Sayamurru"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi Hujan

12 April 2015   05:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku akan memilih untuk menjadi seperti dirimu hujan

Karena, aku ingin jatuh di hatinya hingga dia tak bisa menghindariku

Sebesar apapun usahanya menghindariku

Aku akan tetap jatuh padanya, mengejarnya

Walau hanya setitik hujanku yang menyentuhnya

Tapi aku yakin, dia tak akan pernah membenci hujan

Maka, bolehkah aku menjadi hujannya?

Tak ku sadari, puisi ini menguatkan hatiku. Menyadarkanku, bahwa jatuh hati menjadi hak siapa saja, entah orang yang membuatku jatuh hati itu suka atau tidak tapi nikmati saja apa yang sedang ku rasa. Dan cukuplah bangun jembatan yang ku ingini dapat mempertemukanku dengannya, lewat sebuah doa itu saja. Dan saat melihat mentari pagi ini, aku putuskan untuk tidak mengubah apapun yang terjadi jauh-jauh hari di saat aku bertemu denganmu. Aku, Rindu, hujan, puisi, dan kamu, kita dipertemukan menjadi satu. Mungkin kita memang ditakdirkan menjalani scenario Tuhan yang begitu indahnya, seperti saat ini.

Sebelum beranjak masuk ke kelas pagi ini, ku sempatkan sejenak melihat langit dan awan. Lalu aku tersenyum dan berbisik pada alam ku titipkan salam rinduku padanya dan hujan.

Penulis

Dwi Utari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun