Mohon tunggu...
Dwi Tyas Setiani
Dwi Tyas Setiani Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Buka Peluang Usaha Baru, Mahasiswa KKN UST Padepokan 087 Gelar Pelatihan Batik Jumputan

28 Agustus 2023   19:06 Diperbarui: 28 Agustus 2023   19:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


YOGYAKARTA- Bertempat di depan Paud Bhakti Asa Pertiwi Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Padepokan 087 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) tahun 2023 menggelar pelatihan batik jumputan bagi Ibu Ibu di Lingkungan RW 05 Celeban, Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta pada Selasa Sore (01/08).

Mahasiswa KKN UST Padepokan 087 mengadakan pelatihan batik jumputan, dalam pelatihan ini kami berkolaborasi dengan Ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di lingkungan RW 05 Celeban. Kegiatan ini merupakan wujud nyata Tim KKN 087 dalam mensukseskan semangat UST dalam membantu Generasi Muda dan Masyarakat menjadi lebih Terampil Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat menuju enterpreneur mandiri, yang termuat dalam Tema KKN pada tahun ini.

Tim KKN 087 terdorong mengadakan pelatihan ini karena melihat dari letak geografisnya Kelurahan Tahunan ini tidak jauh dari Pusat Kota Yogyakarta dan Wisata Situs Warungboto, sehingga ada potensi bahwa kawasan ini juga bisa diangkat menjadi wisata budaya yang mengangkat jumputan. Hal ini tentunya dapat membuka peluang usaha bagi warga di Kelurahan Tahunan khususnya di RW 05. Dari segi historis, menurut salah satu warga pernah diadakan kegiatan pelatihan jumputan masal tetapi belum ada hasil yang terlihat. Hal ini disebabkan banyak peserta terutama Ibu ibu yang sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga tidak aktif pada kegiatan pengembangan jumputan.

Batik jumputan sendiri merupakan pola batik yang menggunakan teknik sederhana. Jumputan ini dibentuk dengan teknik mengikat dan mencelupkan kain ke dalam pewarna. Bagian terikat akan menghasilkan motif. Dengan teknik pengikatan dan pewarnaan yang sedemikan rupa, sehingga tercipta pola batik yang mempunyai nilai estetis dan bisa dipasarkan.

Selain untuk membuka peluang usaha, ternyata kegiatan ini juga memadukan semangat Tamansiswa yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Pada awal abad ke-20, Ki Hajar menyampaikan ajaran Trikon. Trikon merupakan kependekan dari istilah kontinyu yang berarti melestarikan kebudayaan asli, konvergen yang berarti mengembangkan kebudayaan nasional, dan konsentris yang memiliki arti menyelaraskan kebudayaan dengan perkembangan ilmu teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun