Mohon tunggu...
Dwitho Frasetiandy
Dwitho Frasetiandy Mohon Tunggu... -

Juru Bicara dan Juru Ketik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negara Kaya Energi, Kalsel Malah Krisi BBM

18 Mei 2011   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:31 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua fakta yang ada diatas seharusnya bisa “membuka” mata para pengambil kebijakan untuk kembali mengubah kebijakan energi nasional. Dalam Kebijakan Energi Nasional, pemerintah membuat kebijakan energi hanya memperhitungkan keekonomian kapitalistik, tidak memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan dan ketersediaan energi bagi pemenuhan domestik.

Beberapa hal mendesak untuk dilakukannya perubahan kebijakan energi nasional secara terbuka kepada publik seperti; Pertama, keterbukaan dalam pengelolaan energi nasional (termasuk kontrak karya, eksplorasi, eksploitasi, distribusi & pemanfaatannya). Kedua, adanya pemetaan penyebaran, pemanfaatan, kebutuhan dan target efisiensi energi di seluruh wilayah Indonesia. Ketiga, akses masyarakat terhadap energi. Keempat, kepastian penyediaan energi bagi masyarakat tidak mampu. Kelima, harga energi yang terbagi dalam pengelompokan. Keenam, riset dan pemanfaatan teknologi sumber–sumber energi terbarukan. Ketujuh, merumuskan blue-print Pengelolaan Energi Nasional (PEN) sebagai wujud Ketahanan Energi Nasional (KEN) yang berdampak nyata pada perekonomian nasional guna mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Seharusnya pemerintah kembali memikirkan ulang bagaimana karut-marutnya pengelolaan energi dan sumber daya alam yang selama ini masih ditangani secara parsial seperti sekarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun