Mohon tunggu...
DWI TEGUH PRIYANTO
DWI TEGUH PRIYANTO Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PGSD UNS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadikan Anak Berpikir Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

11 Desember 2011   13:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:31 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadikan anak berpikir kritis

Sejak lahir manusia sudah mulai berpikir dan belajar. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana bayi melihat suatu benda dengan rasa ingin tahu yang tinggi.Menjadikan anak kritis dapat dilakukan sedini mungkin yaitu dari masa anak-anak dengan pendidikan dan pembelajaran yang baik. Sehingga setelah dewasa anak diharapkan terbiasa untuk berpikir aktif dan kritis.

Penumbuhan berpikir kritis pada anak dapat dilakukan dengan melakukan pembelajaran yang tepat yaitu memberikan kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat anak didik. Jangan mengekang dan membatasi berpikir anak didik. Biarkanlah mereka melakukan dan mengadakan pengamatan mengenai apa yang ingin diketahuinya.

Selanjutnya bagaimana menjadikan anak berpikir kreatif ?

Kreatif berbeda dengan yang namanya intelegensi atau kecerdasan. Jika kecerdasan ada hubungannya dengan keturunan atau bawaan sejak lahir, maka kreatifitas dapat dibentuk kapanpun dan tidak dipengaruhi oleh bawaan sejak lahir. Siapapun dapat menjadi kreatif apabila diberi lingkungan yang mendukung dan kondusif untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan yang dinamakan kreativitas.

Beberapa cara menjadikan anak kreatif yaitu:

Pertama, memilih pola asuh yang tepat. Yaitu pola pengasuhan yang memberikan ruang bagi anak untuk mencoba dan berkreasi sendiri sesuai dengan kemampuannya.Orang tua atau guru tidak terlalu melarang hal-hal yang dilakukan oleh anak namun cukup diawasi dan dibimbing tanpa melarang. Berilah kebebasan untuk melakukan apa yang ingin akan lakukan.Orang tua dan guru juga harus menghindari kegiatan mengkritik anak secara berlebihan sehingga dapat mematikan kreativitas yang dimilki oleh anak.

Kedua, menghargai karya anak. Hargailah karya anak sehingga dengan penghargaan itu nantinya akan mendorong anak untuk dapat meningkatkan kreativitasnya. Sempatkanlah untuk menunjukkan penghargaan atau apresiasi atas apa yang dihasilkan oleh anak.Penghargaan dapat dilakukan dengan jalan meberikan hadiah atau reward baik verbal, tindakan, maupun benda kepada anak.

Ketiga, memberikan tantangan kepada anak, dan jangan memanjakannya. Tantangan berarti menciptakan situasi agar anak memecahkan masalah atau tantangan yang dihadapinya, dan dari tantangan inilah akan muncul dan dapat membangun kreativitas pada diri siswa.Para tokoh motivasi banyak yang berpendapat bahwa orang yang biasa berhadapan dengan tantangan dan masalah akan lebih kreatif dibandingkan dengan orang yang hidupnya selalu nyaman tanpa masalah dan tantangan. Karena orang yang biasa berhadapan dengan tantangan terbiasa menggunakan pikiran, otak, dan pengetahuannya untuk menghadapi dan memecahkan masalah tersebut.

Keempat, adanya komunikasi yang baik dengan anak. Komuniksi yang baik antara guru dengan siswa dapat dilihat dari pendampingan guru terhadap siswa yang sedang bermain, dan dapat pula dilihat dari seberapa beraninya anak untuk melontarkan pertanyaan kepada guru mengenai sesuatu yang belum ia ketahui.

Hal yang perlu diingat yaitu jangan membiasakan memanjakan anak dengan memberikan apapun yang dia mau tetapi latihlah anak untuk dapat berpikir dan berusaha terlebih dahulu untuk dapat memperoleh sesuatu yang ia inginkan. Sehingga dalam hal ini akan mendorong kreativitas anak.

Dan bagaimana menjadikan anak menjadi problem solver??

Problem solver merupakan tingkatan yang tinggi dalam pembelajaran karena problem solver memungkinkan siswa untuk dapat berpikir secara kritis dan kreatif serta dibutuhkan pengetahuan yang luas dalam memecahkan masalah. Penggunaan problem solver dapat dilakukan dengan cara guru memberikan sebuah tema tertentu kemudian membaginya menjadi beberapa kelompok, yang sampai akhirnya kelompok tersebut mendiskusikan masalah yang diberikan. Untuk mendapatkan gambaran kemampuan individual, maka permasalahan yang diberikan tidak mencangkup kelompok, tetapi lebih kepada pengerjaan individu. Dengan begitu maka guru akan mengetahui seberapa jauh siswanya dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun