Karena memiliki motor warga negara seolah merasa perjalanan hari-hari mereka berpindah kesana-kemari padahal sesungguhnya transportasi negeri masih saja tak beres.
Ada efek psikologis lainnya bahwa warga negara seolah merasa hidupnya makin makmur atau lebih sejahtera karena telah memiliki motor bahkan hingga beberapa unit, padahal mereka harus membeli atau membayar kredit setiap bulan hingga pajak motor setiap tahun, dan itu seperti rakyat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan transportasi.
Strategi pemasaran produsen motor telah sukses mendorong penduduk negeri untuk berganti tunggangan disetiap produsen motor mengeluarkan produk baru.
Penduduk negeri sejak masih balita sudah dibiasakan berfikir dan hidup dengan sepeda motor, seolah mengendarai motor bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa perlu batasan usia dan memiliki SIM bahkan oleh anak yang masih kecil sekalipun.
Bahkan ada sekelompok orang yang mengajukan penurunan batasan umur pengguna sepeda motor karena faktanya anak kecil banyak yang trampil berkendara motor dimana-mana.
Bukan masalah ketiadaan alat transportasi yang harus diselesaikan pemerintah yang dituntut rakyatnya, eh sekelompok rakyat menuntut batas usia memiliki SIM untuk pengendara motor yang diturunkan.
Kamu punya berapa motor?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H