Perbaikan sistem transportasi massal di Jakarta sudah dan terus dilakukan tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan angkutan umum rakyatnya. Faktor utama yang harus dilakukan pemerintah mestinya memperbaiki sistem transportasi massal yang nyaman, murah, tepat waktu dan aman.
Beberapa hari terakhir Jakarta dikabarkan punya tingkat polusi udara yang tinggi, kesehatan kita terancam.
Saya generasi yang lahir awal tahun enam puluhan merasakan betapa sesak, panas, pengap, naik bis metro mini, ditambah lagi pegal leher ketika harus berdiri di dalam bis yang tingginya tak seberapa. Kerigat bercucuran di bawah terik matahari Jakarta jadi teman pulang sekolah sudah sangat biasa karena tak ada pilihan transportasi lain yang tersedia sesuai jangkauan ongkos ke sekolah dari orangtua.
Armada berwarna orange itu pernah jadi raja jalanan Jakarta dan penguasa semua terminal bis di Jakarta, hampir semua pelosok Jakarta ada rutenya.
Foto di atas ketika jam-jam berangkat atau pulang sekolah, anak-anak muda berseragam bergerak pada waktu yang bersamaan menimbulkan penumpukkan di halte-halte atau terminal dan karena keterbatasan bis metro mini maka jadilah penampakan ikan sarden di dalam kaleng orange hingga tumpah ruah ke luar bahkan ke atap bis macam foto di atas.
Polusi akibat banyaknya kendaraan di Jakarta bisa diatasi dengan penyediaan aalat transportasi massal yang baik. Jakarta butuh transportasi umum yang efisien, berkelanjutan, terjangkau, aman, nyaman, dan ramah lingkungan.
Masyarakat perlu alternatif moda transportasi yang saling terhubung hingga ke lokasi tempat tinggal dan tempat melakukan aktifitas secara cepat dan tepat waktu dengan frekuensi keberangkatan atau kedatangan yang banyak, ditambah lagi dengan kebersihan dan kenyamanan bisa serta halte atau terminal yang terpelihara.
Three in One
Kebijakan pemerintah yang mengharuskan satu mobil harus berisi penumpang minimal tiga orang ketika melewati jalan-jalan protokol di Jakarta ternyata tak bisa mengurangi jumlah mobil yang lalu lalang di Jakarta karena banyak orang yang mencari penghasilan dengan menyediakan jasa menjadi joki yang naik mobil orang yang sendirian di mobil di posisi sebelum jalur three in one dan turun setelah melewati jalur.
Dampaknya, banyak orang yang menjajakan jasanya di banyak sudut jalan-jalan Jakarta.
Ganjil Genap
Kebijakan pemerintah yang membolehkan mobil dengan plat nomor tertentu melewati jalan-jalan di Jakarta sesuia tanggal ganjil atau genap. Dengan kebijakan ini diharapkan kendaran yang berseliweran di Jakarta akan berkurang.
Faktanya tidak dan kemacetan tetap terjadi di Jakarta. Masyarakat tak beralih ke transportasi massal tapi malah beli mobil kedua dengan plat nomor yang berbeda agar bisa keluar di setiap tanggal.
Produsen otomotif diuntungkan karena makin banyak unit mobil terjual. Pemerintah pun diuntungkan dari pemasukkan pajak kendaraan setiap tahun.
Mereka yang punya satu unit mobil memilih jalur atau route yang tak termasuk jalur ganjil-genap, membuat kemacetan makin mengular di jalan-jalan alternatif.
Electronic Road Pricing (ERP)
Kebijakkan pemerintah yang mengharuskan pengguna kendaraan membayar ketika melewati jalan tertentu dengan cara elektronik, electronic road pricing (ERP) yang mulai digaungkan tahun 2018 tak kunjung diterapkankarena berbagai faktor.
Bisa dibayangkan kemacetan makin menjadi-jadi karena di jalan tol yang sudah berlangsung lama, masih saja ada masyarakat yang bermasalah kehabisan saldo e-money atau lupa membawa kartu sehinga menyebabkan antrian, jika itu terjadi di Jakarta saat jam kerja, jalan-jalan bisa stak atau terkunci, macet tak bertepi.
Ojol (Ojek Online)
Keberadaan ojek online sangat membantu masyarakat karena pencapaian akses ke lokasi-lokasi tujuan bisa diandalkan, tetapi biayanya tidak murah dan kenyamanannya kurang memuaskan, sehingga masyarakat memutuskan tetap menggunakan kendaraan sepeda motor atau mobil pribadi.
Commuter Line - Trans Jakarta
Pengguna kereta api dan bus trans Jakarta makain banyak jumlahnya, tetapi masyarakat masih merasa kurang nyaman atau ada keterbatasan akses menuju tempat aktifitas sehingga mereka masih menggunakan kendaraan sendiri berupa sepeda motor atau mobil pribadi.
Perbaikan sistem transportasi massal di Jakarta sudah dan terus dilakukan tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan angkutan umum rakyatnya.
Faktor utama yang harus dilakukan pemerintah mestinya memperbaiki sistem transportasi massal yang nyaman, murah, tepat waktu dan aman.
Memiliki sistem transportasi massal yang ideal bukanlah tujuan yang mudah dicapai, tetapi dengan perencanaan yang cermat, investasi yang tepat, dan komitmen yang kuat, Jakarta dapat menciptakan sistem transportasi yang lebih baik untuk warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H