Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Ngobrol dengan Peretas WhatsApp

7 Januari 2021   09:14 Diperbarui: 7 Januari 2021   10:12 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian peretasan nomor whatsapp makin sering terjadi, bahkan ada korban seorang profesor yang cukup terkenal di negeri ini, yang ahli dibidang teknologi, menyelesaikan S3 di negeri paman sam dan Inggris, punya website yang menceritakan banyak aktifitas sebagai ahli pengamanan jaringan dan teknologi digital. Jika orang sehebat beliau bisa tertipu oleh peretas whatsapp, bagaimana dengan kita? 

Korban peretasan whatsapp saya kategorikan menjadi dua kelompok, yaitu: kelompok pertama, adalah korban yang nomor whatsapp nya dibajak, dan kelompok kedua adalah korban yang tertipu akibat percakapan palsu antara pelaku peretas dengan relasi pemilik nomor whatsapp yang dibajak.

Kelompok pertama, orang yang dibajak nomor whatsapp biasanya tidak dalam keadaan waspada merespon pesan yang masuk. Salah satu cara yang umum dilakukan oleh peretas adalah meminta kiriman balik nomor otorisasi berupa rangkaian angka atau huruf sebagai sandi mengambil alih nomor whatsapp saat mulai diretas. 

Ketika seseorang mengirimkan kode otorisasi kepada orang lain maka orang yang menerima kode otorisasi akan bisa menggunakan nomor whatsapp korban untuk berkomunikasi dengan semua daftar kontak pada nomor whatsapp korban.

Korban kelompok ini tak mengalami kerugian materi secara langsung, tetapi harus menanggung perasaan bersalah kepada orang-orang yang menjadi korban kelompok kedua, bahkan ada yang kemudian mengganti sejumlah uang sesuai dengan kerugian yang diderita.

Saya beberapa kali menerima pesan berupa permintaan untuk mengirimkan kembali kode yang dia kirim, jika saya sedang sibuk saya tak merespon pesan pelaku dan langsung memblok nomor pelaku agar tak bisa menghubungi saya lagi. Ketika saya tak sibuk beberapa kali saya menghubungi nomor pelaku. Umumnya mereka tak mau menjawab panggilan telepon dari saya. Tetapi pernah beberapa kali ada yang menjawab panggilan telepon saya.

Saya bertanya, kenapa anda meminta kembali nomor kode yang sudah anda kirim sendiri? Saya katakan jika dia mengirim kode itu kepada saya, artinya dia mengetahui apa yang dia kirim. Pelaku menjawab macam-macam, bahkan ada yang langsung menutup telepon. 

Ada pelaku yang pandai bersilat lidah atau tak sadar bahwa saya sudah menyadari rencana jahat yang bersangkutan, dia masih saja meminta kode otorisasi yang akan dia kirim. Biasanya saya bilang, sudah lah tak usah melanjutkan niat jahat anda menipu saya atau relasi saya, silahkan cari pekerjaan yang halal dan lebih baik daripada menipu.

"Assalamualaikum" ..."Lagi dimana?"

Dua kalimat di atas adalah percakapan pembuka yang umumnya digunakan peretas untuk memulai menggarap korban jenis kedua, yaitu relasi dari pemilik no whatsapp yag diretas.

Saya selalu berpikir positif sambil tetap waspada, umumnya saya menjawab: biasa ... dan jika nomor whatsapp tak diretas, pemilik nomor akan melanjutkan percakapan dengan gaya yang biasa dia lakukan hingga saya berkesimpulan bahwa situasi aman-aman saja. Pelaku peretasan biasanya  langsung masuk ke fokus penipuan dengan berbagai cara yang ujungnya meminta saya menstransfer sejumlah uang ke nomor rekeningnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun