Kejadian peretasan nomor whatsapp makin sering terjadi, bahkan ada korban seorang profesor yang cukup terkenal di negeri ini, yang ahli dibidang teknologi, menyelesaikan S3 di negeri paman sam dan Inggris, punya website yang menceritakan banyak aktifitas sebagai ahli pengamanan jaringan dan teknologi digital. Jika orang sehebat beliau bisa tertipu oleh peretas whatsapp, bagaimana dengan kita?Â
Korban peretasan whatsapp saya kategorikan menjadi dua kelompok, yaitu: kelompok pertama, adalah korban yang nomor whatsapp nya dibajak, dan kelompok kedua adalah korban yang tertipu akibat percakapan palsu antara pelaku peretas dengan relasi pemilik nomor whatsapp yang dibajak.
Kelompok pertama, orang yang dibajak nomor whatsapp biasanya tidak dalam keadaan waspada merespon pesan yang masuk. Salah satu cara yang umum dilakukan oleh peretas adalah meminta kiriman balik nomor otorisasi berupa rangkaian angka atau huruf sebagai sandi mengambil alih nomor whatsapp saat mulai diretas.Â
Ketika seseorang mengirimkan kode otorisasi kepada orang lain maka orang yang menerima kode otorisasi akan bisa menggunakan nomor whatsapp korban untuk berkomunikasi dengan semua daftar kontak pada nomor whatsapp korban.
Korban kelompok ini tak mengalami kerugian materi secara langsung, tetapi harus menanggung perasaan bersalah kepada orang-orang yang menjadi korban kelompok kedua, bahkan ada yang kemudian mengganti sejumlah uang sesuai dengan kerugian yang diderita.
Saya beberapa kali menerima pesan berupa permintaan untuk mengirimkan kembali kode yang dia kirim, jika saya sedang sibuk saya tak merespon pesan pelaku dan langsung memblok nomor pelaku agar tak bisa menghubungi saya lagi. Ketika saya tak sibuk beberapa kali saya menghubungi nomor pelaku. Umumnya mereka tak mau menjawab panggilan telepon dari saya. Tetapi pernah beberapa kali ada yang menjawab panggilan telepon saya.
Saya bertanya, kenapa anda meminta kembali nomor kode yang sudah anda kirim sendiri? Saya katakan jika dia mengirim kode itu kepada saya, artinya dia mengetahui apa yang dia kirim. Pelaku menjawab macam-macam, bahkan ada yang langsung menutup telepon.Â
Ada pelaku yang pandai bersilat lidah atau tak sadar bahwa saya sudah menyadari rencana jahat yang bersangkutan, dia masih saja meminta kode otorisasi yang akan dia kirim. Biasanya saya bilang, sudah lah tak usah melanjutkan niat jahat anda menipu saya atau relasi saya, silahkan cari pekerjaan yang halal dan lebih baik daripada menipu.
"Assalamualaikum" ..."Lagi dimana?"
Dua kalimat di atas adalah percakapan pembuka yang umumnya digunakan peretas untuk memulai menggarap korban jenis kedua, yaitu relasi dari pemilik no whatsapp yag diretas.
Saya selalu berpikir positif sambil tetap waspada, umumnya saya menjawab: biasa ... dan jika nomor whatsapp tak diretas, pemilik nomor akan melanjutkan percakapan dengan gaya yang biasa dia lakukan hingga saya berkesimpulan bahwa situasi aman-aman saja. Pelaku peretasan biasanya  langsung masuk ke fokus penipuan dengan berbagai cara yang ujungnya meminta saya menstransfer sejumlah uang ke nomor rekeningnya.Â
Saat saya sedang sibuk, apalagi saya merasa jarang berkomunikasi dengan nomor itu, tetapi tiba-tiba pelaku meminta stransfer sejumlah uang, hal yang tak biasa buat orang Indonesia, saya tak merespon permintaannya.
Ketika ada waktu luang, saya ladeni percakapan dengan pelaku, seolah berempati dan ingin membantu mengatasi kesulitan pelaku dan akan menstransfer uang yang dia minta. Biasanya setelah berkali-kali saling balas pesan, saya bilang akan menelponnya.
Pernah, suatu ketika meminta saya menstransfer uang satu juta rupiah, saya berpura-pura akan menstransfer dan menelpon pelaku, saya bilang kalau biasanya transaksi kami minimal sepuluh juta rupiah, kenapa kali ini sangat sedikit?. Â Saya cuma ingin memberi kesan bahwa saya tak sadar akan ditipu, tapi umumnya mereka memberi kesan memang sedang butuh dana sedikit dan tak merubah nominal angka yang ditransfer, saya tak bertanya tentangf alamat rekening yang berbeda dengan nama relasi saya, tetapi saya bertanya alamat kantor cabang bank dimana dia membuka rekening yang diberikan kepada saya. Umumnya pelaku tak mau memberikan.
Akhirnya saya sering bilang pada pelaku bahwa saya akan membantu kesulitan dia jika sedang memerlukan uang dengan menstransfer jumlah yang lebih banyak dari yang dia minta, dengan syarat berikan foto KTP yang sesuai dengan nama dan alamat rekening serta melakukan video call dengan saya. Biasanya mereka menolak dan tak melanjutkan komunikasi dengan saya.
Tulisan ini terinspirasi dari kabar ada teman yang tertipu telah mentransfer 80 persen dari saldo di rekeningnya kepada pelaku peretas nomor whatsapp, jumlah yang tak sedikit di saat pagebluk ini, semoga kejadian macam ini tak menimpa diri kita. Anda punya cerita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H