Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pengamat Pendidikan

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. PENGAMAT PENDIDIKAN - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Mudik, Tidak Piknik, Tidak Bisa Dik

2 November 2020   08:20 Diperbarui: 2 November 2020   17:49 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak Mudik, Tidak Piknik, Tidak Bisa Dik ... lha sudah terlalu lama di rumah pasti kangen sama orang tua, rekreasi, dsb".

Kata kakak kepada adiknya.

Rakyat Negeri Paman Besut mayoritas seperti anak kecil, yang jika dilarang malah seperti diperintah untuk melakukan sesuatu, misalnya ketika anak dilarang naik pagar, maka secara diam-diam atau terang-terangan anak itu memanjat menaiki pagar ketika orang tuanya melihatnya atau tidak. 

Anak yang dilarang naik sepeda motor secara diam-diam atau terang-terangan menaiki motor, apalagi kemudian orang tuanya meminta tolong kepada anaknya untuk membelikan gas, gallon air atau apapun ke toko yang agak jauh dengan menggunakan sepeda motor setelah mengetahui anaknya bisa mengendarai sepeda motor. 

Si anak kemudian merasa bahwa orang tuanya tak serius melarang dia mengendarai sepeda motor, buktinya kemudian skill mengendarai sepeda motor yang dipelajari diam-diam secara mencuri kemudian dimanfaatkan oleh orang tuanya.

Himbauan pemerintah negeri paman besut melalui spanduk, atau mass media, yang gratis atau yang berbayar karena dikemas sebagai iklan oleh rakyat negeri dirasakan sebagai sesuatu yang tak serius, atau cuma gurauan serta basa basi.

Penduduk negeri paman besut yang sudah jemu di rumah berlama-lama, seperti mendapat angin segar dengan potongan harga tiket pesawat, airport tax yang tak perlu dibayar seolah memanggil penduduk untuk terbang, ditambah potongan harga kamar hotel di banyak tujuan wisata, yang efeknya rakyat membludak di tempat-tempat favorit hiburan, jalan penuh dengan kendaraan dari luar kota, hotel-hotel banjir tamu dan warung-warung ramai pembeli dari luar kota, lihatlah rumah-rumah di desa yang teronggok kendaraan anggota keluarga berplat nomor luar kota.

Saya beberapa kali melihat anak-anak kecil memanjat pagar garasi rumah saya, saya bilang sama anak itu; silahkan naik terus sampai ke ujung pagar, kalau bisa silahkan lanjut ke atap garasi, silahkan ... tak apa-apa, naik aja terus, tapi kalo jatuh jangan menangis, kalo luka obati sendiri, ayo naik aja terus. Dan faktanya anak-anak itu langsung turun, berlalu meninggalkan saya sambil tersenyum kecut.

Saya juga bilang pada anak saya untuk tak meminta diajarkan mengendarai sepeda motor atau mobil sebelum berumur 17 tahun, karena saya tak akan mengajarkan dan ketika si sulung berumur dewasa dia minta langsung diajarkan stir mobil, membuat SIM A dan  tak mau belajar mengendari sepeda motor.

Pemerintah negeri paman besut seharusnya faham karakter penduduknya, daripada melarang atau menghimbau tidak mudik, atau tidak piknik yang kemudian tak dipedulikan rakyatnya, yang lama kelamaan membuat rakyat makin tak peduli dengan himbauan pemerintah, ini bisa berujung pada lemahnya kredibilatas penguasa negeri.

Lebih baik pemerintah memberi pelayanan yang baik di lokasi wisata, di perjalanan, monitoring pelayanan hotel-hotel, bubarkan keramaian, adakan test untuk menjaring orang terinveksi, beri sangsi perusahaan bus, pesawat atau hotel yang lalai protokol covid-19. Agar rakyat negeri bisa liburan secara paripurna dan nyaman, tak ditakut-takuti dengan himbauan dan spanduk-spanduk percuma.

Kemanakah anda saat long week end kemarin?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun