Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Negeri Paman Besut Boleh Berpura-pura Miskin

19 Februari 2020   11:12 Diperbarui: 19 Februari 2020   13:21 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di negeri Paman Besut banyak warganya yang berpura-pura miskin, saat mengandung dicarinya surat keterangan tak mampu agar bisa melahirkan di rumah sakit tanpa biaya alias gratis.

Pekerjaan suami disembunyikan, tetangga dan sanak keluarga tak boleh tahu, sengaja tinggal di tempat yang kumuh agar status tak mampu bisa terus dimanfaatkan memperoleh pelayanan kesehatan saat anggota keluarganya sakit.

Saat anaknya akan bersekolah, surat keterangan tak mampu kembali digunakan untuk memperoleh jalur khusus diterima di sekolah favorit dekat rumah.

Berlanjut dengan meminta beasiswa berkedok kartu paman pintar yang uangnya cair tiga bulan sekali, atai enam bulan sekali bisa untuk membeli seragam sekolah, buku, beras, daging, termasuk pakaian orang tuanya, dsb.

Sampai anak-anaknya di SLTA (Sekolah lanjutan Tingkat Atas) banyak keluarga negeri paman besut terus berpura-pura miskin untuk menerima berbagai fasilitas dan kemudahan dari negara.

Memasuki perguruan tinggi, keluarga itu masih menggunakan surat keterangan tidak mempu untuk medapatkan kemudahan masuk perguruan tinggi dan beasiswa dari negara, hingga lulus kuliah.

Ayahnya bekerja, memiliki penghasilan dengan bekerja serabutan, penghasilannya digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga dan sisanya ditabung di bank, setelah menabung bertahun-tahun uangnya semakin banyak tetapi kepala keluarga itu tak berani membeli aset.

Seperti sepeda motor karena takut masuk kategori tidak miskin lagi dan tidak mendapat fasilitas-fasilitas kartu paman pintar yang sudah dinikmati semua anak-anaknya selama bertahun-tahun.

Keluarga itu pun tetap tinggal di lingkungan yang kumuh agar predikat miskin bisa selalu diperoleh untuk mendapat fasilitas kartu paman pintar dan fasilitas negara lainnya.

Fasilitas kartu paman pintar dicabut jika diketahui dalam satu kartu keluarga memiliki beberapa unit sepeda motor, sementara berapapun simpanan sebuah keluarga di bank tak membuat fasilitas kartu paman pintar dan fasilitas negara lainnya diberhentikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun