Menikmati tayangan televisi kini jadi tak nikmat lagi karena banyak sekali bertebaran kata-kata yang kurang pantas di ruang publik, saling menjatuhkan dan berita-berita saling melaporkan, reportase sidang-sidang karena perbedaan pandangan di pemilu.Â
Berita-berita kejahatan, kekerasan, pembunuhan dan kasus-kasus penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba mengisi ruang publik dan seperti dijejalkan ke telinga memasuki relung memori dan mebuat hati perih teriris, sedemikian rusakkah negeri ini?Â
Apresiasi buat Trans TV yang masih rutin menayangkan program acara My Trip My Adventure (MTMA), yang mengekspose keindahan alam dan budaya negeri ini.Â
Menyaksikan acara MTMA membuat hati jadi senang dan bahagia, bahwa ternyata ada keindahan yang luar biasa yang belum sempat saya nikmati langsung di lokasi, rasa takjub berlanjut bersyukur bahwa Allah telah memberi keelokan negeri yang luar biasa untuk rakyat Indonesia, selanjutnya saya sering berangan-angan atau menyusun rencana untuk menikmati keindahan alam yang luar biasa itu, terima kasih buat Trans TV dan tim kreatif MTMA.
Situs-situs berita sebagian besar isinya saling curiga dan saling serang, yang barangkali tujuannya menjelekkan fihal lawan dan ingin mendulang simpati agar calonnya dipilih pada pemilu mendatang.Â
Facebook, twitter, instagram, line hingga whatsapp diserbu konten kampanye berbonus saling menjatuhkan antar kelompok pendukung, dibonceng kabar-kabar hoax, membuat ratusan hingga ribuan kabar berkelebat di sosial media, tak sedikit yang isinya sama dari sumber yang sama berkelebat di platform sosial media yang berbeda.
Sangat terasa sekali bahwa rakyat negeri ini terbelah menjadi dua kubu, sementara para elit seperti wayang-wayang yang bisa menghuni kotak yang satu dan berpindah ke kotak lainnya, tak sedikit elit yang saat pemilu yang lalu berada di fihak lawan, kini bergabung dengan fihak penguasa, ada pula yang dulu bergabung dengan penguasa kini berada di fihak lawan.Â
Rakyat seolah lupa bahwa elit itu dulu menyatakan dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan yang dikatakan dan diperbuat saat ini.
Rakyat seolah lupa atau tak tahu akan rekam jejak elit yang sering berubah-ubah tergantung dimana posisi dia berada. Bahkan rakat seolah lupa dan membiarkan para koruptor yang kembali mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif.
Pemilu cepatlah berlalu, agar kita bisa lihat apakah rakyat negeri ini punya ingatan yang baik dan berani menghukum para koruptor yang kembali mencalonkan diri dengan tidak memilihnya.Â
Jika ternyata para koruptor yang masih mencalonkan diri ternyata terpilih kembali dan menduduki kursi di DPRD, DPR, maupun DPD, itu berarti rakyat negeri ini terlalu mudah lupa akan rekam jejak pelaku korupsi, atau rakyat tak tahu bahwa calon itu melakukan korupsi, atau rakyat memilih calon yang koruptor karena mendapatkan imbalan atau fasilitas tertentu, atau adakah penyebab lain sehingga koruptor itu kembali merebut kursi badan legislatif.
Pemilu cepatlah berlalu, agar kita bisa lihat apakah rakyat negeri ini ingin tetap dipimpin oleh petahana atau ingin perubahan  berganti pemimpin sehingga kabinet bisa segera disusun dan langsung bekerja mensejahterakan penduduk negeri.Â
Dengan demikian kontroversi televisi dan sosial media segera berakhir, selanjutnya makin banyak dikabarkan keindahan, keelokan daerah serta budayanya agar sektor pariwisata negeri ini makin bergairah dan meningkatkan frekuensi penerbangan, transportasi darat, kuiliner, dsb.
Pemilu cepatlah berlalu ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H