Membaca kabar di atas, seorang pengemis yang ditemui oleh petugas dinas sosial DKI Jakarta kedapatan membawa emas dan uang 23 juta rupiah, saya jadi terfikir tentang generasi micin yang gejalanya begini:
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat merokok, padahal dia sedang membunuh dirinya sendiri.
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat ikut balap liar di jalan kampung, padahal dia sedang menempuh jalan cepat menuju kematian.
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat ikut minum minuman keras oplosan, padahal dia sedang menempuh jalan cepat menuju kematian.Â
Merasa hebat, keren, cantik, dewasa, dsb saat posting foto tanpa busana, padahal dia sedang meminta orang lain menjauhinya.Â
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat ikut tawuran di jalan, padahal dia sedang menggali kuburnya sendiri.Â
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat naik motor bertiga tak pakai helm ngebut di jalan, padahal dia sedang menjemput celaka & mati.
Merasa kaya, hebat, keren, dewasa, dsb saat naik motor edisi terbaru yang dibeli dengan kredit, padahal dia sedang memiskinkan diri.
Merasa kaya, hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat berganti mobil dengan cara kredit, padahal dia sedang diperas isi kantongnya.
Merasa kaya, hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat mengenakan pakaian sobek-sobek, padahal dia sedang meniru orang miskin.
Merasa kaya hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat memaksakan diri mengkredit motor, padahal dia tak dipedulikan pemerintahnya yang tak mampu sediakan angkutan umum yang baik.Â
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat ikut nongkrong, begadang tak tidur malam hari, padahal dia sedang membunuh dirinya sendiri.Â
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat membiarkan rambutnya tak diurus, padahal dia sedang mengundang ketombe dan menjelekkan dirinya.
Merasa kaya, hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat makan mie instant pedas tingkat dewa, padahal dia sedang  merusak lambungnya.Â
Merasa hebat, keren, jantan, dewasa, dsb saat makan daging yang lezat, padahal itu cuma air yang diberi kaldu dan micin perusak otak dan tubuh.
Generasi micin masih banyak di sekitar kita dan mungkin akan terus tumbuh makin banyak, karena orang tua mengalami kesulitan mendidik anak dan tak setia pada keluarga, kebiasaan memasak yang keliru dan makan makanan yang dibumbui micin, semoga bakal ada pendidikan untuk calon orang tua supaya generasi micin makin sedikit.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H