Hari demi hari berlalu, akhirnya jiwa yang berusaha kuat 'tuk memikul terpaan ujian rumah tangga. Kini telah usai, perpisahan kini berada di ujung matanya. Diana teringat dengan sang Ibu sambil membereskan barang-barang miliknya, dan menatap kamar yang penuh kenangan canda, tawa, tangis dan amarah. Ia menghela nafas panjang dan membuang satu demi satu pajangan foto yang penuh kenangan indah bersama suaminya.
      Suaminya hanya bisa berdiam diri sambil menatap kopi terakhir yang disuguhkan kepadanya dari Diana. Diana pamit dengan tenang, dan mengatakan "Semoga kamu bahagia, jaga ibadah,dan jangan kembali ..." Ia menutup pintu itu dengan harapan, semoga kenangan buruk itu cukup di rumah itu saja.
      Diana bergegas menyewa sebuah apartemen, sendiri untuk saat ini adalah lebih baik baginya. Perlu waktu untuk mengobati luka yang telah lalu. Ia sadar, ia tak sekuat Ibu yang bahkan bisa bertahan dengan Ayahnya hingga kembali kepangkuan sang Ilahi ...
     "Diana kamu berharga, yang lalu biarlah berlalu. Kini akan ada kehidupan yang bahagia dan indah di hadapanmu." Katanya dalam hati sebagai penyemangat diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H