Aku tersedu-sedu hingga Aku terhentak dan mendengar suara dentingan tik ... tik ... tik ... ku buka mata perlahan dan melihat Ayah dan Ibu di sampingku yang berteriak "Dokter ... dokter ... anak saya sudah siuman." Sepertinya aku berada di Rumah Sakit.
      "Bu, bang Arif mana?"
      Ibu menoleh ke samping kiri ku, dan Aku tak percaya. Bang Arif terbaring juga sepertiku, "Kata dokter, Arif akan segera siuman karena keadaannya sudah membaik" kata Ibu sambil mengusap kedua tanganku.
      "Bu, Ayah, kenapa ini bisa terjadi?"
      "Kata Arif, kamu tak sadarkan diri di meja. Awalnya dia kira kamu sedang tidur tapi sampai sekitar jam 9 pagi kamu tidak bangun-bangun, Arif ketakutan dan cemas, dan membawamu ke rumah sakit. Saat kamu berada di sini, Arif sempat lupa sesuatu dan pulang, saat pulang itulah Arif kecelakaan." Kata Ayah sambil mengambil posisi duduk di sebelah ku.
      "Ya Allah ..." ku sebut nama itu pertama kalinya dalam hidupku. Aku tak pernah merasa seperti ini sebelumnya, hidupku lancar-lancar saja. Aku berusaha meraih tangan suamiku, dibantu oleh Ayah dan Ibu. Ku raih ia dan mengecupnya sambil menangis, meminta maaf.
      "Bang Arif, maafkan Anis. Anisa telah berdosa pada Abang." Abang saat itu siuman dengan melebarkan senyum semampunya dan ku peluk ia.
      Aku sadar, aku sudah lalai sebagai seorang istri hanya karena obsesiku dengan duniaku sendiri dengan tulisan-tulisan itu. Aku acuh padanya, tak mendengarkan nasihatnya dan tak menghargainya.  Sekali lagi, maafkan Aku suamiku dan maafkan Aku Tuhan ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H