Mohon tunggu...
Dwi Sukaryanti
Dwi Sukaryanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FBS Universitas Negeri Medan

Dosen/Editor: Prof. Dr. Rosmawati Harahap. M.Pd

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Paket Pengantar Air Mata

30 Mei 2021   01:00 Diperbarui: 30 Mei 2021   00:59 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sinar matahari sudah masuk dari celah-celah gorden jendela kamar, suara kicauan burung sudah terdengar dengan jelas dan tukang sayur yang sudah berterik-teriak untuk menjualkan sayurannya. Jam dinding menunjukkan pukul 07.15 WIB. Sepertinya Alya bangun sedikit terlambat karena hari ini ia tidak memiliki kegiatan di pagi hari.

Smartphone di atas tempat tidur tiba-tiba berbunyi, yang bertanda bahwa ada panggilan masuk. Sang pemilik langsung merabah-rabah kasur disekitarnya untuk mencari asal sumber bunyi tersebut tanpa membuka kedua matanya. Setelah ia sudah memegang sesuatu yang ia cari, langsung mengangkat panggilan itu.

"Iya Halo, ada apa?". Ucapnya pada sang penelpon.

"Hmm, sebentar". Ucapnya lagi, lalu langsung mematikan penggilan itu.

Ia langsung bangkit dari tempat tidur itu, dan menuju sebuah pintu untuk membukanya. Setelah pintu itu terbuka, seorang wanita langsung menerobos masuk kedalam. Itu adalah Gia teman Alya.

"Lama ya Al, udah dari tadi aku mengetuk pintu". Ucap Gia.

"Maaf aku masih tidur tadi, jadi tidak mendengarnya". Jawab Alya.

"Ini ada kiriman paket untukmu, tapi aku tidak tau dari siapa". Ucap Gia sambil menyodorkan paket yang berukuran sedang itu ke Alya

"Dari siapa ya?". Tanya Alya sambil membuka paket itu.

Air mata Alya seketika terluncur di pipinya. Ya Alya menangis melihat isi dari paket itu.

"Gia tolong bilang ke aku, ini hanya mimpikan? Ini tidak benarkan?". Ucapnya kepada Gia dan masih melihat sesuatu berukuran persegi panjang yang ia pegang itu.

"Al, kendalikan dirimu, ini benar Al, ini undangan pernikahan Reyhan". Ucap Gia yang mencoba memeluk Alya yang sedang menangis.

"Tidak, ini tidak mungkin Gi, tidak mungkin dia menikah dengan wanita lain". Ucap Alya yang masih menangis.

Mata Alya melihat ke arah paket itu dan ia melihat ada beberapa barang yang ia kenal. Ya, itu adalah barang-barang yang ia berikan ke Reyhan, Tunangan Alya. Ia mengeluarkan semua barang itu dan menemukan sepucuk surat yang berisi kata "MAAF".

Alya langsung menangis histeris, sambil memeluk surat itu.

"Kamu jahat Rey, kamu tega Rey". Ucap Alya  yang diiringi dengan tangisan.

"Al jangan begini, tenang Al, ikhlasin Reyhan, mungkin kalian memang belum berjodoh". Gia berusaha menenangkan Alya yang saat ini sedang kacau.

 Alya masih terus menangisi isi paket tersebut. Tunangannya mengirimkan sebuah paket yang berisi undangan pernikahan, barang-barang yang Alya berikan kepada Reyhan dan juga sepucuk surat dari tunangannya. Itu cocok disebut dengan "Paket pengantar air mata" .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun