Pendidikan Jasmani atau di sekolah lebih dikenal dengan nama Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kurikulum pendidikan nasional. Pendidikan jasmani sering dianggap kurang serius dibandingkan mata pelajaran lain dalam kurikulum sekolah. Pemahaman tradisional yang memisahkan antara tubuh dan pikiran telah mengurangi makna dari pembelajaran pendidikan jasmani. Melalui pendekatan filosofis pendidikan jasmani harus dipandang sebagai komponen penting dalam pembelajaran sebab manusia beajar melalui pengalaman fisik dan interaksi dengan lingkungannya. Tujuan pendidikan jasmani sangat luas sama seperti mata pelajaran yang lainnya, perbedaan utamanya pada aktivitas yang digunakan dalam mencapai tujuan. Gerak adalah kuncinya, gerak bukan hanya tujuan tetapi juga alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih luas.
Pendidikan jasmani merupakan bagian intergral dari kurikulum pendidikan yang  bertujuan untuk mengembangkan individu secara menyeluruh baik aspek fisik, intelektual, keterampilan gerak, mental dan sosial peserta didik melalui aktifitas fisik atau gerak tubuh. Meskipun tujuan pendidikan jasmani sangat luas, namun seringkali dalam pratiknya hanya difokuskan pada aspek praktis seperti pada penguasaan fisik dan keterampilan olahraga. Dimensi filosofis yang mendasari pendidikan jasmani seperti nilai-nilai disipilin, kejujuran, sportivitas, dan kerjasama, seringkali terabaikan. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan karakter siswa.
Karakater merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang merujuk pada nilai-nilai moral dan etika yang menjadi dasar perilaku seseorang, seperti kedisiplinan, tanggung jawab, kerja sama, rasa percaya diri, serta rasa hormat kepada orang lain. Melalui pendidikan jasmani, siswa tidak hanya dilatih untuk menjaga kebugaran tubuh, tetapi juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter yang akan bermanfaat bagi kehidupan mereka di masa depan.
Lalu, Bagaimana implementasi pendidikan jasmani dalam membangun karakter?
Pertama adalah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pendidikan jasmani. Guru perlu merancang pembelajaran yang bukan hanya memuat tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan fisik tetapi juga menanamkan nilai-nilai karakter seperti fair play, sportivitas, disiplin, rasa hormat dan tanggung jawab. Guru dapat mengintegrasikan materi  tentang etika berolahraga dalam setiap pembelajaran. Pendidikan jasmani melalui aktivitas olahraga sangat berkaitan dengan disiplin, kejujuran, sportivitas maupun kepemimpinan. Nilai-nilai ini dapat dibentuk melalui proses pembiasaan yang ditanamkan melalui ketaatan seseorang dalam berkompetisi sesuai dengan aturan yang melekat dalam permainan olahraga.
Kedua adalah dengan pembelajaran berbasis pengalaman, keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran dengan mengitegrasikan nilai-nilai dalam aktivitas fisik. Melalui keterlibatan dalam kegiatan olahraga, siswa dapat merasakan dan mempraktikkan nilai-nilai karakter secara langsung. Misal ketika anak bermain olahraga tim, guru dapat menekankan pentingnya kerjasama, komunikasi, saling mendukung, dan mengharagai perbedaan pendapat. Melalui olahraga individu, anak diajarkan untuk memiliki sikap kemandirian serta percaya pada kemampuan diri. Anak juga diajak untuk membuat refleksi diri merenungkan pengalaman mereka serta mampu mengevaluasi tindakan dan konsesuensi dari setiap pilihan. Nilai-nilai ini sangat berharga dalam kehidupan seperti nilai kerjasama antar individu sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan.
Ketiga adalah mengajarkan nilai dan etika dalam berolahraga. Â Melalui latihan dan pertandingan anak diajarkan untuk disiplin mengikuti latihan, mengingatkan untuk selalu jujur dan mengikuti peraturan permainan, menghormati lawan, menerima kekalahan dengan lapang dada serta merayakan kemenangan sewajarnya (rendah hati).
Dalam implementasinya guru perlu menjadi contoh dan teladan bagi siswa. Dalam mengembangkan kebiasaan moral yang baik, guru bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai karakter melalui pendekatan dan  strategi yang dilakukan secara sadar dan terencana. Memberikan penghargaan pada usaha-usaha, sikap positif dan kemajuan yang dicapai yang ditunjukkan oleh siswa menjadi proses dalam pembentukan karakter. Penghargaan bisa diberikan untuk berbagai hal, seperti tanggung jawab, kedisiplinan, kerja sama yang baik dan lainnya.
Tentu hal ini tidak bisa hanya dibebankan pada guru pendidikan jasmani. Agar tujuan dari pendidikan karakter dapat dicapai diperlukan kolaborasi yang baik antara guru pendidikan jasmani dan guru lainnya serta orang tua serta dukungan dari institusi pendidikan dan semua pihak dalam memfasilitasi pendidikan karakter yang lebih efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H