Aku bosan menantimu. Aku capek menunggu SMS darimu. Terlebih aku tak mampu menjaga percikan cinta darimu. Mimpi-mimpiku pun tak lagi tentangmu. Akhirnya kututup pintu cinta ini. Kubiarkan cinta tak terawat di balik kabut.
Kukemasi sekoper puisi cintamu beserta seikat mimpi kita. Kusimpan di suatu tempat yang takkan lagi kubuka.
****
Pagi ini.
"Aku menunggumu." Kembali SMS darimu menyapaku. Aku masih lagi enggan beranjak dari hangat selimut di kamarku. Rasanya baru sesaat kupejam mata ini.
Kuhias wajah ini tipis. Cukup penanda tiada pucat di sana. Aku tak mau terlihat sayu di matamu. Meski kutak sepenuhnya yakin, riasan tipis ini bisa menghapus kesan kurang tidur di wajah ini.
Kemarin sore, tak sengaja aku melihat profilmu di FB temanku. Ketika kusempatkan membukanya, hanya sesak yang memenuhi rongga dadaku. Ternyata, aku telah mencoba lupakan yang tak mungkin kulupakan. Meski sudah kukemas rapi, jauh di dasar hatiku cinta ini masih lagi untukmu.
Komunikasi yang kita jalin seminggu ini, bagiku adalah benih yang kau tabur di atas lahan yang dulu. Begitu cepat benih itu menjadi kecambah, dan kini kubisa melihat pupus hijau daunnya. Itu kemarin. Sebelum kulihat profilmu yang berstatuskan: married.
****
Di tempat yang kau janjikan untuk pertemuan kita.
Kurapikan topi yang menutup ikal rambutku. Aku duduk di pojok yang sedikit terhalang pandang dari tempat biasa kita. Masih ada waktu lima menit lagi.