Mohon tunggu...
Dwi Settyowati
Dwi Settyowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo semuaaa..

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Dunia Virtual: Peluang atau Pencuri Kewarasan?

12 Maret 2024   11:15 Diperbarui: 12 Maret 2024   11:49 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia virtual kian menjamur, menawarkan realitas alternatif yang menarik dan penuh daya pikat. Namun, di tengah kemeriahannya, muncul kekhawatiran: apakah dunia virtual justru bisa menjadi pencuri kewarasan?  

Dunia Virtual merupakan sesuatu yang diciptakan oleh ilusi digital untuk memberikan ruang rasa dan waktu dan tempat berisikan fenomena yang memiliki keteraitan dengan realitas dunia nyata.

Memang ada sisi gelap dunia virtual.  Penggunaan berlebihan dapat memicu kecanduan. Batasan antara realitas dan dunia maya bisa kabur. Interaksi sosial yang terputus di dunia nyata bisa diganti dengan dunia virtual, namun tak jarang interaksi ini dangkal dan tak sepadan dengan hubungan dunia nyata.

Paparan konten negatif seperti cyberbullying, body shaming, dan informasi menyesatkan juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental (gangguan kecemasan, depresi, penurunan harga diri, gangguan stress pasca-trauma).  Jika tidak diimbangi dengan literasi digital yang baik, dunia virtual bisa menjadi ruang echo chamber yang mengisolasi dan memperkuat bias kognitif. Ruang echo chamber adalah sebuah metafora untuk situasi di mana informasi, ide, dan opini hanya berputar di antara orang-orang yang memiliki pandangan yang sama. Hal ini dapat terjadi di dunia nyata maupun online, seperti di media sosial atau forum internet.

Namun, dunia virtual dicap sebagai pencuri kewarasan, dunia virtual sebenarnya punya potensi besar.   dunia virtual dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk belajar, berinteraksi, dan mengembangkan diri.  Dunia maya sebagai sarana belajar dan berinteraksi yang inovatif. Pelajar bisa mengakses materi pendidikan dari seluruh penjuru dunia.  Komunitas virtual dapat menjadi wadah support dan pengembangan diri. Teknologi realitas virtual dapat digunakan untuk pelatihan dan simulasi yang canggih.

Justru yang perlu ditekankan adalah pentingnya mencapai keseimbangan.  Dunia virtual idealnya menjadi pelengkap, bukan pengganti, dunia nyata.  Kita perlu bijak mengatur waktu dan fokus.  Literasi digital yang baik akan menjadi tameng untuk menangkal konten negatif didunia virtual, membangun interaksi yang sehat, serta Melindungi diri dari cyberbullying, penipuan online, dan bahaya lainnya.

Dunia virtual menawarkan segudang peluang untuk belajar, berinteraksi, dan berkembang.  Namun, penggunaannya perlu bijak dan bertanggung jawab.  Kita harus mampu memanfaatkan peluang yang ada sambil menghindari potensi dampak negatifnya.  Penting untuk menemukan keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata.

Dunia virtual bukanlah ancaman yang serta merta mencuri kewarasan.  Sama seperti pisau yang bisa digunakan untuk memotong atau melukai, dunia virtual bergantung pada bagaimana kita menggunakannya.  Dengan pendekatan yang tepat, dunia virtual justru bisa menjadi ruang belajar, berinteraksi, dan berkreasi yang bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun