Mohon tunggu...
dwi setiawan
dwi setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Founder Sekolah Kita Menulis Cabang Langsa

CIVIL ENGINEERING ʟᴀᴋɪ-ʟᴀᴋɪ ɪᴛᴜ ᴛᴜᴀɴ ᴅᴀʀɪ ɴᴇɢᴇʀɪ ɴʏᴀ ꜱᴇɴᴅɪʀɪ. 𝗬𝗮𝗸𝗶𝗻 𝘂𝘀𝗮𝗵𝗮 𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebobrokan dan Pragmatisme Gerakan Intelektual yang Memudar

6 Desember 2023   20:39 Diperbarui: 6 Desember 2023   21:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam sejarah negara indonesia kebesaraan nama mahasiswa tercatat sebagai perangkat penting penggerak perubahan dan sebagai enlightened intellectuals yang nyata. Keintelektualan mahasiswa terbukti dengan adanya jejak histori yang terjadi. Seperti rezim orde lama yang runtuh oleh gerakan mahasiswa tahun 1966, rezim orde baru soeharto yang juga runtuh karna gerakan mahasiswa, bahkan gusdur harus meninggalkan istana juga disebut-sebut sebagai gerakan intelektual-politik "HMI Connection" 2021.

Hingga hari ini banyak sekali organisasi-organisasi mahasiswa diluar kampus yang telah tercipta dan ini ada berkat gerakan-gerakan intelektual masa silam. Beberapa diantaranya mungkin juga tidak asing lagi kita dengar ditelinga kita seperti HMI, PMII, SEMMI, IMM, GMNI, GMKI dan lain sebagainya. Organisasi diluar kampus dulunya dikenal dengan kumpulan-kumpulan mahasiswa enlightened intellectuals yang bersatu sebagai akademisi pencipta, pengabdi, serta dekat dengan segala permasalahan masyarakat dan hadir sebagai kontrol sosial dan agen perubahan bagi bangsa.

Sangat disayangkan jika hari ini di tubuh organisasi luar kampus yang dulunya tercipta dan di prakasai gerakan intelektual yang membentuk instrumen berjuang. Kini banyak organisasi luar kampus yang kadernya memprakasai gerakan-gerakan tambahan hanya untuk dekat dengan pejabat, menggadaikan kepentingan demi mendapat uang tambah, berorganisasi hanya untuk berpolitik, mempertahankan kekuasaan dan menambah relasi demi kepentingan diri ataupun kelompok, yang dulunya beberapa organisasi bergabung demi kepentingan rakyat, saat ini jotos-jotosan, perpecahan, dualisme hingga saling sikut dan konflik sesama organisasi pun adalah hal yang sudah di anggap biasa dan lumrah terjadi.

Apa daya jika kemerdekaan negara yang telah diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan kita dulu. Akhirnya menjadi penjara bagi nalar kepedulian sesama kita hari ini, pragmatisme tumbuh berkembang dimana-mana disetiap tempat, sudut dari penjuru nasional hingga daerah dan desa-desa yang ada. Kepentingan instrumen negara pada akhirnya hanya berpihak bagi kepentingan penguasa bahkan seringkali kekuasaan adalah senjata makan tuan untuk rakyat, bahkan di beberapa kasus penguasa seperti sudah menganggap rakyatnya menjadi musuh hanya untuk kepentingan dan keuntungan penguasa (investasi) yang katanya demi rakyat tapi malah lebih berpihak ke asing (investor) dari pada rakyat nya sendiri. Tanah milik rakyat di jajah oleh penguasa, rakyat di usir dari tanah nya sendiri lalu kaum intelektual kemana, mahasiswa sekarang bisa apa?

anggap saja jika ini terus dibiarkan berlanjut kemungkinan kita tinggal menunggu kehancuran didepan mata. Era perubahan yang serba digitalisasi ini memang membuat semua nya berubah, ditambah dengan melimpahnya populasi usia generasi muda lebih banyak (bonus demografi) semua berlomba-lomba menjadi pragmatis demi memperjuangkan kehidupan sejengkal perut nya masing-masing. Apa daya memang? modernisasi saat ini adalah kondisi paling sulit bagi generasi muda untuk melawan diri agar tak tertinggal oleh kemajuan zaman, sehingga kaum intelektual hari ini bukan lagi milik rakyat tapi milik kaum yang sanggup membayar kaum intelektual.

Oleh : Dwi Setiawan

Founder Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Langsa/Presiden Mahasiswa Universitas Samudra 2021/2022/Kader HMI Cabang Langsa/ Email: dwisetiawan1998@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun