Mohon tunggu...
DWI SAPUTRO SINUGROHO
DWI SAPUTRO SINUGROHO Mohon Tunggu... -

never give up for anything

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Biarkan Aku Menyimpannya Sendirian

26 Oktober 2015   12:46 Diperbarui: 1 November 2015   15:31 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarkan Aku Menyimpannya Sendirian

 

          Tak terasa sebulan sudah Arief meninggalkan kota kecil ini. Meninggalkanku untuk kesekian kalinya, untuk sebuah masa yang dia sendiri tidak tau kapan akan berakhir. Satu musim, dua musim atau bahkan sepanjang masa?

          Tanganku  masih menggenggam erat diary coklat bergambar menara eiffel  pemberian Arief 2 tahun lalu. Resah  tidak ada pesan singkat darinya sejak seminggu terakhir. Menimbulkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang hanya mampu berkeliaran dalam pikiranku. 

          Mungkin saja kesibukannya sebagai pengusaha muda generasi penerus di perusahaan keluarganya cukup menyita sebagian waktunya. Belum lagi dengan kegiatan kuliah yang membutuhkan konsentrasi penuh.

          Sebuah nada pesan singkat berdering dari handphone-ku. Aku meraihnya, kemudian duduk di tepi tempat tidurku sambil membaca pesan singkat yang tertulis. Ohh bukan dari arief, tetapi dari Rio sahabatku. “Buka Facebook ya Na, Fotonya udah diupload tuh sama Arief” . Tanpa membalas sms Rio , Aku langsung membuka laptop dan sign in ke akun facebookku. Ada puluhan pemberitahuan baru , yang salah satunya bertuliskan sebuah kalimat “Arief Dhika Samudera menandai Anda dalam fotonya”

          Benar saja, Arief menandai aku dalam foto-foto yang diciptakan dengan kamera SLR-nya sekitar 2 bulan yang lalu. Dan untuk beberapa saat jemariku berhenti beraktifitas. Mataku sibuk menatap foto hasil bidikan Alvin, dan hanya aku dan arief sebagai objeknya. Arief , sungguh ia terlihat tampan sekali. Senyumnya begitu manis, ditambah sepasang lesung di pipinya.  Kemeja hitam yang Ia kenakan tidak membuat kulitnya semakin gelap. Justru cocok dengan warna baju yang kukenakan.

          Tidak puas hanya melihat satu foto saja, aku pun menyempatkan diri melihat koleksi fotonya. Baru kali ini saja aku menyempatkan membuka profilnya. Tugas kuliahku yang cukup menyita membuatku jarang mengaktifkan akun facebookku. Sejak acara reuni hingga sebelum membaca pesan singkat Rio tadi, aku bahkan baru sekali saja mengaktifkan akunku. Itu pun hanya untuk mengkonfirmasi permintaan pertemanan dari sahabat-sahabat masa kecilku itu, termasuk Arief.

          Aku melihat satu persatu foto dalam akun facebooknya . Tak jarang aku menyimpan fotonya yang menurutku bagus . Aku menyimpannya bkan karena apa-apa , hanya untuk obat penawar rindu. Ketika aku asik melihat deretan album foto dalam akun facebooknya , ada sebuah album yang berjudul “my angel”.

          Penasaran.Satu kata yang menyeruak yang membuatku pikiranku semakin tidak beraturan. Dengan tangan gemetar dan jantungku yang berdegup kencang, perlahan ku lihat satu per satu foto di dalamnya. Hanya ada dua objek manusia pada album foto yang judulnya saja sudah membuatku senam jantung tak kunjung henti. Kalau tidak aldy, berarti hanya  gadis itu sebagai objeknya. Tapi, gadis dalam foto-foto ini , aku tidak pernah mengenal sebelumnya.

          Saat aku melihat salah satu fotonya, aku sangat terkejut melihat foto Arief dengan Gadis itu. Di foto itu tertulis beberapa kalimat “My Angel , and I love her so much” . Setelah melihat kalimat seperti itu , aku buru buru membuka timeline Arief .

          “Arief Dhika Samudera berpacaran dengan Angelica Permana”

           “15 September 2015”

          Sudah dua bulan yang lalu. Rasa penasaran semakin memenuhi perasaanku , akhirnya aku melihat profil Angelica Permana. Benar saja , Ia gadis yang sama dengan gadis yang dijadikan objek pada foto album milik Arief yang berjudul “my angel”

          Entah mengapa dada ini begitu sesak melihat Arief bersama orang lain . Aku juga tak tau mengapa ada air yang keluar dari pelupuk mataku. Yang jelas , rasanya sakit sekali. Rasa rindu yang tadinya membara , seolah padam begitu saja. Aku merasa semuanya akan sia-sia jika aku merindukan arief , aku merasa aku tidak akan bisa mendapat balasan rindu darinya.

          Hanya sebuah penyesalan yang kini bersarang di kepalaku. Penyesalan yang sebenernya tercipta karenaa kesalahanku sendiri. Kenapa aku kembali melewatkan kesempatan itu? Kesempatan berarti yang entah kapan akan kudapatkan lagi. Kenapa  aku harus selalu diam dan tak berani memulai semuanya? Dia pria, dan aku wanita. Seharusnya dia dulu yang memulai semuanya. Aku terlalu ragu dan terlalu takut untuk memulai semuanya dengan Arief.

          Ya , aku sudah menyayanginya sejak lama. Sejak kami masih menempuh pendidikan di sekolah menengah atas . Saat aku pertama melihatnya pada masa orientasi siswa , aku sudah menyukainya. Pada masa SMA , aku dan Arief selalu satu kelas , selalu mengikuti organisasi yang sama . Itu semua membuatku semakin dekkat dengannya .Tapi seiring berjalannya waktu , semakin kami dekat , semakin aku tak berani mengungkapkan perasaanku padanya . Aku terlalu takut jika dia menjauh dariku . Aku memutuskan untuk memendam semuanya sendirian . Memutuskan untuk mencintainya secara diam diam. Dan akhirnya aku merasakan sakitnya sendirian. Aku hanya bisa menangis hingga lelah dan akhirnya aku tertidur.

          Pagi ini , aku bangun dengan mata sembab dan perasaan yang berantakan. Tidur tak cukup mebuatku merasa lebih baik dari tadi malam. Aku memutuskan untuk mandi , setidaknya mandi bisa membuatku merasa lebih segar.Setelah mandi dan sedikit sarapan pagi , aku berencana untuk pergi bersama teman-temanku . Aku melakukan ini semua agar aku bisa melupakan Arief. Agar aku tak merasa kesepian dan akhirnya aku menangis.

          Aku pergi bersama sahabat-sahabatku hingga larut malam dan sedikit merasa lebih baik.Malam ini mataku masih belum bisa terpejam meskipun tubuhku sudah sangat lelah. Dan aku masih di depan laptopku , mendengarkan suara  jarum jam yang makin lama membuat kamarku semakin sunyi. Hidupku semakin sunyi, apalagi semenjak Arief pergi.

          Mataku masih menatap laptop sambil terus menuliskan semua kisah dan perasaanku. Mungkin Arief tidak akan membaca tulisan ini , tapi aku akan terus menulis tentangnya. Meskipun aku tahu , Ia tidak akan pernah tau. Arief tidak akan pernah tau rasa sesak didadaku ketika memikirkannya.

          Berhari-hari aku berusaha mengisi waktu luangku dengan apapun yang bisa kukerjakan. Tapi kenapa aku tak kunjung bisa melupakannya?. Aku sadar , melupakan ratusan memoriku bersama arief tidak semudah memformat data di flashdisk. Setidaknya aku bisa sedikit tertidur nyenyak tanpa memikirkan semua penyesalan dan kebodohanku.Dan melupakan arief hanya omong kosong , hanya angan anganku saja . Aku tak pernah bisa benar-benar melupakannya.

          Pagi Ini , sebulan setelah peristiwa menyesekkan itu terjadi . Peristiwa ketika aku mengetahu arief sudah bersama perempuan lain. Aku sudah cukup bisa bernafas dengan lancar dan pikiranku sudah mulai tenang. Ketika aku sedang makan malam , handphoneku berbunyi . Mungkin ada bbm dari sahabat sahabatku atau mungi  notif grup online shop.

          Setelah selesai mencerna makananku , aku bergegas ke kamar dan membuka handphoneku . Dan ternyata , bukan sekedar notif atau bbm dari sahabatku , tapi Arief. Ya arief mengundang kontak bbm ku . Aku bingung . Harus akuterima atau aku abaikan? Aku tidak berani mengambil keputusan sekarang . Aku hanya melihatnya dan menutup apllikasi bbm. Beberapa hari kemudian , aku memutuskan untuk menerima undangan kontak bbm dari Arief . Aku tak berani memulai chatt duluan. Setiap handphone ku berbunyi , aku kembali berharap jika itu bbm darinya . Tapi ternyata bukan bbm darinya .

          Entah 2 minggu atau 3 minggu setelah dia mengundang kontak bbm ku, Akhirnya Arief memulai obrolan denganku . Obrolan kami sangat dingin dan singkat . ku merasa ada jarak yang membatasi aku dan Arief . Ia hanya berbasa basi menanyakan bagaimana keadaanku dan sebagainya. Dan aku hanya menanyakan bagaimana keadaannya di Jogja dan bagaimana pendidikannya sampai saat ini . Ya hanya itu saja .

          Aku tidak berani berharap lebih kepadanya , aku tidak berani menunjukkan semua perhatianku kepadanya . Aku takut rasa sakit itu terulang kembali. Dan malam ini Arief memulai chatt bbm denganku lagi . Ia bilang jika Ia ingin bertemu denganku . Sontak aku merasa kaget. Banyak tanda tanya bermunculan dipikiranku. Apa maksudnya? Apa arief membutuhkanku? Apa Arief merindukanku? Bagaimana dengan Angel perempuang yang bersamanya dulu? Apa hubungan itu sudah berakhir? Aku membalasnya ajakan arief dengan berbagai pertanyaan yang muncul di pikiranku.

          Ia Bercerita semuanya . Hubungannya masih berlanjut dengan angel, Arief hanya rindu denganku , selayaknya rindu dengan seorang sahabat . Ya , lagi lagi hanya sebagai seorang sahabat . Aku merasa sedikit kecewa , tapi sudhlah kalau memang bukan jalanku , mau apalagi?

          Kami merencanakan pertemuan kami pada saat ilbur Natal . Sekalian juga Ia pulang ke kampung halamannya untuk melepas rindu dengan keluarganya. Aku tak sabar menanti pertemuanku dengannya . Tapi aku harus ingat bahwa aku tak boleh berharap lebih . Nanti pada saat pertemuanku dengannya , aku ingin dia tau semuanya . Tau tentang perasaanku , aku hanya ingin dia mengetahuinya dan aku tak memaksa dia untu membalas semuanya . Aku sudah lelah memendam ini sendirian , aku sudah lelah membohongi perasaanku sendiri. Dan akhirnya tibalah waktu pertemuan kami . Aku dijemput Arief di rumahku dan sepakat untuk sekedar ngobrol di cafe terdekat. Obrolan kami memang cukup dingin . Aku tak tau mau membahas apa dengannya . Kami hanya membicarakan tentang kenangan-kenangan waktu SMA .

           Jujur saja ketika ia berbicara , aku tak pernah berani melihat sorot matanya. Aku hanya berani melihatnya ketika ia mengalihkan pandangan ke sudut yang lain . Ia masih tetap seperti Arief yang dulu , senyumnya yang manis dan tatapannya yag mengahangatkan. Akhirnya , aku memberanikan diri untuk memulai topik pembicaraan baru dengannya “rief , aku mau ngomong , dengerin ya” . Arif mengerutkan keningnya lalu tertawa “haha iya iya aku dengerin kok santai aja na” . “Gini lo rief , aku pengen banget ngomong tapi ya gitu” jawabku . “hahahaha kamu lucu banget na , mau ngomong aja susah banget” kata arief sambil tertawa. “masalahnya ini ribet , ini bukan guyonan rief . sebenernya gini , sebenernya aku sayang sama kamu” dan akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulutku . Arief terdiam . Dan aku hanya menundukkan kepalaku , entah apa yang harus aku lakukan setelah ini . Aku takut Arief marah . “Na , kamu gak usah malu buat ngomong sayang sama aku kan kita udah sahabat baik dari dulu , aku juga sayang kamu kok , kamu kan sahabat paling baik” kata Arief.

           Entah kenapa rasanya sangat kecewa , semua runtuh begitu saja . Selama ini Arief hanya menganggapku sebagai seorang teman , Ia tak pernah tau jika aku punya rasa yang lebih untuknya. “haha iya rief , maaf kalo gak jelas gini” jawabku . Aku hanya memendam  semua kekecewaan ini dan memaksa air mataku untuk tidak jatuh saat ini . “Terima kasih rief sudah menganggapku menjadi sahabat terbaikmu.” Kataku pada Arief . Setelah itu aku pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun kepada Arief . Sudah cukup , aku sudah terlalu sakit.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun