Masalah banjir di kota-kota besar di Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru atau langka terjadi. Namun dari tahun ke tahun masalah banjir masih terus dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah yang terkenal sebagai daerah "langganan banjir", seperti di Jl. Citarip, Kel. Kopo, Kota Bandung.
Di Jl. Citarip, Kel. Kopo ini banjir hampir selalu terjadi ketika turun hujan di daerah tersebut. Bahkan, tidak diperlukan hujan yang berjam-jam untuk menggenangi kawasan ini dengan air. Biasanya, jika hujan deras turun sekitar setengah jam saja, banjir hampir dapat dipastikan menggenangi sebagian Jl. Citarip ini, apalagi jika hujan turun dengan durasi yang cukup lama.
Ketinggian banjir bisa mencapai lutut bahkan hingga paha orang dewasa. Dengan ketinggian seperti itu, banjir sangat menghambat aktivitas warga setempat seperti akses jalan keluar yang sulit dilalui, baik berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan. Banjir di kawasan ini tidak hanya terjadi di Jl. Citarip ini saja. Gg. Dalang, yang merupakan tetangga sebelah dan masih satu kelurahan dengan Jl. Citarip juga mendapat imbasnya. Terdapat tiga titik rawan banjir di daerah ini, yaitu di Jl. Citarip, Gg. Dalang Kel. Kopo, dan Jl. Kopo yang berpotongan dengan Jl. Citarip
Banjir juga menyulitkan warga yang rumahnya berdiri di dataran yang rendah, karena setiap banjir datang beberapa rumah warga turut dimasuki air. Sehingga setiap hujan turun warga siap-siap membendung rumahnya agar tidak dimasuki air. Namun tak jarang tetap saja air masuk ke rumah, sehingga harus dikuras dan dibersihkan setelah hujan reda. Dengan ini, warga kerap merasa cemas jika hujan turun, seperti keterangan Ibu Euis salah satu warga setempat yang turut merasakan banjir, "ya kalau mau banjir teh kan ibu jadi tegang, nggak tenang, gitu, apalagi kalo malem nggak bisa tidur", ujar bu Euis.
Berdasarkan keterangan bapak Uwong, selaku Ketua RT 008/RW 08, Kel. Kopo, banjir di kawasan ini bahkan mulai terjadi sejak tahun 90-an. Menurutnya, penyebab utama kerap terjadinya banjir di kawasan ini adalah kali (sistem perairan) di Citarip tidak mampu manampung aliran air ketika hujan, karna terjadi penyempitan kali akibat bangunan warga. Belum lagi terjadi pendangkalan kali yang tertumpuk pasir dan lumpur, sehingga kali tidak sedalam awalnya. Berdasarkan keterangan pak Uwong, dari pihak RT sampai Kelurahan setempat sudah memberikan usulan-usulan solusi untuk masalah banjir ini ke pemerintahan di atasnya, bahkan sudah pernah dikunjungi atau dilakukan pengecekan ke lolasi oleh Pemerintah Kota. Namun belum ada upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah banjir di daerah Citarip dan sekitarnya ini secara signifikan.
Mengatasi permasalahan banjir di daerah yang padat penduduk memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Harus ada kerjasama yang solid antara pemerintah dan masyarakat setempat. Pemerintah yang melakukan kebijakan, masyarakat yang menjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H