Satu pergi, datang lagi menghampiri yang baru. Masih ragu ditambah godaan menghasut otak kecil. Kebingungan berada pada lautan. Hanya terlihat hamparan hitam diteropong kanan. Satu, Suara menggertak langkah, jejak bawakan uraian tidak menjanjikan. Saat itu tertidur dalam tanggungan dan jawaban diburu waktu. Sebelum bosan, baiknya katakan saja. Bungkam di depan kebanyakan. Hati berontak penyesalan jika tahu kenyataan. Satu bagian merasakan kejanggalan derap langkah hidup. Dikatakan di belakang, tapi dimana? Terdengar dunia bukanlah anomali atau mimpi dalam siesta bukan juga aba-aba siap sedia, tapi sikap waspada dalam cerita dongeng purapura. Disini, sosok itu menebal dan menampakkan diri di hadapan muka kusut acak-acakan. Dua, Perjalanan memang makan waktu walau sedikit. Keinginan adalah sumber harapan tak terucap pada awan. Hingga hidup penuh satu….dua…..tiga….pertanyaan. kawat tembaga antarkan suara tak bermuka. Bicara tidak ada batas. Disini, timbul curiga dalam gertakannya. Kemudian seolah tak ada sesal bicara dalam nada minor. Kenapa harus diacuhkan? Dalam puisi telah tampak kehadiran dibanggakan berikan satu kekecewaan. Benar bukan satu pujian, benar bukan atu kemenangan, benar bukan satu kenikmatan. Salah benar harus dipikirkan. Tidak ada kisah hidup sampai di situ. Selalau ada kelanjutannya dalam episode baru versi sama dan berbeda. Diri sendiri adalah hakimnya. Kenapa bungkam? Ayo lekas bicara lantang dan keras gemakan telinga semua orang. Tiga, Ikrar diucap tapi tak sesuai aturan atau hanya mainan. Mimiknya terlihat meyakinkan tapi hatinya siapa tahu dapat menebak kedalamannya. Jalan ini satu arah kenapa dibuat bercabang? Ingin menguasai lebih tangan dan pikiran. Pikiran menjelma dalam kebencian dan ketidak percayaan tertanam di hati gersang tidak bertiang, Goyang ditiup angin liukkan tubuhnya bak ilalang kesepian. Salah sendiri manilai sebelah hati. Tak diramal sebab esok adalah milikNYA. Adalah masa depan dari kemarin, perubahan apa yang digariskan segala aturan-aturan. Perhatikan diri sendiri lalu goreskan pada cermin hati, disitu tampak sosok kegelapan dalam penat. Indah sekejap tanpa ada berucap. Aneh…….dihadapan cermin, bicara penuh percaya diri tentang cinta dan kemunafikan tak sempurna. Oo…….jadi wajar jika sosok kebanggaan jadi inginkan kejauhan. Tertumpu pada ladang datar di altar putihnya keikhlasan dalam adat dimiliki tiap pribadi. Sejumlah rangkaian kata mutiara dulu menggema di angkasa, sesaat diam lalu bergerak perlahan. Memang, tak hanya sekali dan juga memang pelan atau tiada penghuni. Hanya ucapan hitam di atas putih menjelma titisan lisan. Ya!! Memang pelan, tapi dalam…… Maaf!! Terucap tulus. Bukannya ingin bangkitkan tembok masa lalu. Maaf, jika gerak diri tak terbatasi mata itu. Maaf, jika neraca dalam bathinku tak berfungsi semestinya. Apakah itu satu ancaman meja hitam bertuliskan dendam? Lalu dimana letak pengertian? Cakrabuana tampakkan muka masamnya dengan mahkota langit legam payungi langkah. Tiap kali melangkah selalu di tikam resah. Stop kecemasan!! Terucap dulu saat kebingungan. Tapi tak bertujuan dimana rimbanya. Dan di setiap sudut bumi selalu saja ada mata dunia mengawasi. Ini salah sendiri berbuat salah. Jangan beritahu padanya tentang liku  alam tercemar ragam racun mematikan. Cukup untuk seorang saja. Ayo…..!! Ditampung siapa saja hendak titipkan gelisah. Ini adalah tempat sampah yang indah walau cacat. Ayo!! Akhirnya terungkap juga misteri dalam hati. Sebenarnya, siapa jauh? Siang ke purnama atau malam ke matahari? Marilah sejenak kita bermimpi tentang satu keindahan tak nyaman dalam pelikan. Bentangkan cermin pada hati yang tergulung acakacakan dan katakan siapa bermasalah. Satu, sahabat kebanggan berucap tak meyakinkan apakah mainmain saja. Dua, sahabat mengulang ucapan lisan tak bertuan yang hadir di meja kamar. Tiga, dimana letak pengertian tak berakal. Empat, boleh kutanyakan : kemana tujuan bawa indahnya kedekatan. Lima, menilai sendiri apakah salah? Trotoar,  2009 - 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H