1. Bahwa menjerat politisi apalagi yg bernaung dalam partai besar seperti Golkar tidak lah mudah, kita bisa lihat dari perjalanan sejarah (kasus Akbar Tandjung)
2. Golkar sebagai partai besar ibarat gula yang paling menggiurkan bagi penguasa. Jika keberadaan nya tidak menguntungkan kepentingan penguasa terutama bagi kecukupan deposit suara maka akan di lakukan upaya membuat partai ini tidak lagi manis dan menggiurkan.
Tapi jika memilih untuk berada di dalam bagian atau lingkaran kekuasaan maka penguasa tinggal melakukan bersih bersih politik, mensterilkan tubuh partai dari orang orang yang akan menjadi batu sandungan dan berpengaruh untuk membalikkan panggung perpolitikan.
3. Golkar sejak dulu tidak dipersiapkan untuk menjadi partai atau kelompok oposisi, partai ini akan tidak tahan berlama-lama di luar ring kekuasaan, sehingga memilih menjadi partai opportunis.
4. Munaslub partai yang di hembuskan oleh senior Golkar pasca penahanan Setnov menunjukkan perpecahan didalam tubuh Golkar masih berlangsung, antara kubu Abu Rizal Bakri dengan kubu Agung Laksono, kedua kubu ini selalu menunggu momentum untuk saling singkir dan geser.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H