Mohon tunggu...
Dwiroso Dwiroso
Dwiroso Dwiroso Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sabtu Sore Bersama Bapak

19 Juli 2023   19:40 Diperbarui: 21 Juli 2023   13:27 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sabtu Sore Bersama Bapak

By. Dwiroso

Sabtu sore 

Setelah pertengkaran hebat itu

Bapak memilih mengalah

Meninggalkan ibu yang masih meradang

Ibu masih emosi

Bapak berjalan gontai

Pulang kerja harus di dihujani caci maki

Bapak tak sampai hati melihat anak anak

Disuguhi perang ibu bapaknya tiap hari

Bapak menghampiri ku

Maukah kamu menemani bapak? 

Aku mengangguk

Mau kemana pak? 

Ssstt.. 

Bapak menutup bibir dengan telunjuknya

Aku diminta tidak bertanya

Aku dan bapak mengendap Menuntun sepeda tua kesayangannya      

bapak meninggalkan rumah meninggalkan ibu yang masih mengomel di kamar

tentu tak ingin diketahui ibu

bapak buru buru menjauhi rumah, sebelum perang itu benar-benar terjadi

Aku dan bapak telah berada diatas sepeda

Suara omelan ibu sudah tak terdengar

Tapi masih terngiang di telinga

Aku hanya duduk terdiam

Tak bertanya apa apa

Mengikuti laju sepeda yang dikayuh bapak

Entah ada apa dengan ibu

Akhir akhir ini menjadi sensitif dan irrasional

Kasihan bapak

Selalu jadi sasaran kemarahan ibu

Ternyata aku dan bapak berhenti di tepi pantai

Bapak ingin menenangkan pikiran di depan deburan ombak

Aku tak sampai hati melihat garis wajahnya

Bapak kelihatan tua

Lebih tua dari umurnya

Seakan sedang memikul beban berat

Bapak tak ingin menceraikan ibu

Meskipun berkali-kali menyakiti hatinya

Bapak hanya memilih menenangkan diri

Seperti sore itu

Mata bapak menatap tajam ke garis pantai

Menyaksikan sampan sampan nelayan bergerak pulang

Pantai

Burung sriti

Tiang sampan

Para nelayan memikul jala

Tangan menjinjing hasil tangkapan

Rezeki dari kerja seharian

Sebuah pemandangan yang memberi kedamaian hati

Hati bapakku

Itulah mozaik kehidupan

Yang cukup membuat pikiran bapak ku tentram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun