Sabtu Sore Bersama Bapak
By. Dwiroso
Sabtu soreÂ
Setelah pertengkaran hebat itu
Bapak memilih mengalah
Meninggalkan ibu yang masih meradang
Ibu masih emosi
Bapak berjalan gontai
Pulang kerja harus di dihujani caci maki
Bapak tak sampai hati melihat anak anak
Disuguhi perang ibu bapaknya tiap hari
Bapak menghampiri ku
Maukah kamu menemani bapak?Â
Aku mengangguk
Mau kemana pak?Â
Ssstt..Â
Bapak menutup bibir dengan telunjuknya
Aku diminta tidak bertanya
Aku dan bapak mengendap Menuntun sepeda tua kesayangannya   Â
bapak meninggalkan rumah meninggalkan ibu yang masih mengomel di kamar
tentu tak ingin diketahui ibu
bapak buru buru menjauhi rumah, sebelum perang itu benar-benar terjadi
Aku dan bapak telah berada diatas sepeda
Suara omelan ibu sudah tak terdengar
Tapi masih terngiang di telinga
Aku hanya duduk terdiam
Tak bertanya apa apa
Mengikuti laju sepeda yang dikayuh bapak
Entah ada apa dengan ibu
Akhir akhir ini menjadi sensitif dan irrasional
Kasihan bapak
Selalu jadi sasaran kemarahan ibu
Ternyata aku dan bapak berhenti di tepi pantai
Bapak ingin menenangkan pikiran di depan deburan ombak
Aku tak sampai hati melihat garis wajahnya
Bapak kelihatan tua
Lebih tua dari umurnya
Seakan sedang memikul beban berat
Bapak tak ingin menceraikan ibu
Meskipun berkali-kali menyakiti hatinya
Bapak hanya memilih menenangkan diri
Seperti sore itu
Mata bapak menatap tajam ke garis pantai
Menyaksikan sampan sampan nelayan bergerak pulang
Pantai
Burung sriti
Tiang sampan
Para nelayan memikul jala
Tangan menjinjing hasil tangkapan
Rezeki dari kerja seharian
Sebuah pemandangan yang memberi kedamaian hati
Hati bapakku
Itulah mozaik kehidupan
Yang cukup membuat pikiran bapak ku tentram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H