Maiyah dan kemandirian
By  Dwiroso
Kebiasaan saya mengkonsumsi tadabbur ilmu dari Cak Nun, disambut sebagian teman sebagai ketergantungan dan mematikan kemandirian berfikir untuk menciptakan produk pemikiran dan perenungan. Lalu saya respon dengan menampilkan tulisan pendek dibawah ini :
Kemandirian itu tidak sama sekali kosong, lalu muncul sebuah pemikiran baru, melainkan harus ada isian dan bahan berupa data itulah modal yang di butuhkan untuk melahirkan kreativitas dan revolusi pemikiran, seperti nabi Muhammad yang butuh data dari Wahyu untuk menguatkan keberanian dan kreativitas strategi dalam merubah masyarakat Arab. Rhoma Irama tidak mungkin menjadi legenda dengan kemandirian kreativitas dan revolusi musiknya jika tidak bermodal data dari gaya bermusik deep purple dan OM Purnama.
Jadi mandiri itu harus lahir dari contoh dan referensi.
Yaitu dari modal yang bernama kerendahan hati dan kesabaran dalam memilih dan memilah pemikiran orang lain, bisa dalam bentuk tulisan, audio maupun visual.
Kekuatan otak itu dibangun dari seberapa kita memiliki energi yang bernama data dan modal pengetahuan.
Data dan pengetahuan selain di raih lewat perenungan juga lewat bertanya dan taddarus pemikiran orang lain, salah satunya seperti yang dilakukan dalam lingkaran maiyah.
Rhoma Irama tidak mungkin melahirkan revolusi musik yang bernama dangdut kalau otak beliau tak terisi data dan ide-ide alias kosong..
Otak harus disuntik energi dari proses pembelajaran dan taddarus ilmu...
Belajar dan membandingkan dengan berimitasi adalah dua hal yang berbeda..
Kedua kegiatan tersebut bergantung niat dan motivasi nya.
Data dan bahan yang diperoleh lewat belajar dan perbandingan pemikiran orang lain itu digunakan untuk plagiat dan mematikan kemandirian atau sebaliknya sebagai stimulator dan energi untuk membangkitkan pemikiran baru.