Tembang cinta
Karya: Dwiroso
Kedukaan tersirat diwajah bocah itu
Aku ingin bermain
Melepas hasrat anak anak ku
Aku tak sanggup berfikir
Ada apa dengan negeri ini
Mana teman kanak kanakku
Aku hanya melihat mereka berbaring
Aku ingin bangun kan mereka
Tapi mereka tak mau bangun
Apakah mereka mati
Bocah sekecil itu harus berkarib dengan kematian dan penderitaan
Langkah kakinya melintasi beberapa tubuh tak bernyawa
Dengan wajah dingin ia menatap tubuh tubuh itu
Serbuk mesiu dan debu membedaki kulit nya yang legam
Dimana ayah ibuku
Yang melahirkan aku
Tak seorangpun tersenyum padanya
Tak ada yang mencari nya
Tak ada yang menyapa nya
Tak ada yang membelai rambutnya
Tak ada senyum cinta dari mereka untuknya
Ia terlahir dalam tangis
Dan menjadi tangisan panjang sepanjang hidupnya
Kehadiran bayi mungil hanya menambah pedih di hati
Ribuan teman mungilnya harus terbantai
Teman yang mestinya menemani nya bermain dan tertawa
Harus menjadi bangkai malang yang tak terurus
Bocah itu terhenti di sudut bangunan yang tinggal separuh bentuk
Ia duduk
Berselonjor
Kemudian diangkat nya kaki untuk menjadi tempat menyandarkan dagunya
Mata nya nanar menengadah
Kemudian menatap ke depan
Lalu mulutnya komat kamit
Seperti sedang melantunkan sebuah tembang
Ya...
Bocah itu sedang bernyanyi
Siapa yang mengajaknya menyanyi?
Â
Dialah sang malaikat...Â
Yang tersenyum
Meluluhkan kesedihan
Ketegangan wajah bocah seketika melumer
Seperti mendapat teman baru yang menemani dan mengajari bagaimana hidup harus dijalani
Bocah itu terus menyanyi
Terus menyanyi
Suaranya
Semakin keras
Hingga berteriak sekuatnya
Seperti
Melepas seluruh beban kepedihan
Suaranya menggema
Memenuhi seluruh negeri
Lirik lagu dari mulut sang bocah
Menyanyi kan tembang cinta
Sebuah kata yang lama tak terdengar lagi...
Cinta ku untuk mereka
Para syuhada Rohingya...
dan generasi mungil yang terbantai..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H