Teori ini menggambarkan bahwa khalayak atau audiens dengan serta merta akan menerima injeksi informasi oleh media tanpa dapat menghindari atau menolaknya, dapat dikatakan bahwa audience adalah pasif. Berdasarkan kasus yang telah terjadi, informasi berupa visualisasi cerita yang disampaikan oleh media melalui sinetron berhasil terinjeksikan kepada khalayak khususnya target remaja sehingga dapat mempengaruhi pola fikir, keyakinan, dan nilai yang dianutnya.Â
Khalayak dalam hal ini remaja masih belum memiliki kemampuan literasi dan filtrasi yang baik, sehingga apa yang ditayangkan oleh media  akan mereka anggap benar dan dapat mereka praktekan dalam kehidupan sosial. Dengan acuan bahwa tontonan tersebut telah mengantongi izin untuk dapat ditayangkan.  Dari keyakinan itulah khalyak dalam hal ini remaja juga menganggap baik apa yang mereka lihat, dalam kasus ini percintaan remaja yang sebenarnya belum pantas untuk dilakukan dan terkesan dilebih-lebihkan.
 Kembali pada poin utama dalam teori jarum hipodermik, bahwa media is powerfull dan audiens adalah pasif, dari poin tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan ujung tombak dan pengendali dalam kasus ini. Bagaimana remaja sebagai khalayak akan bertindak sebagai audience pasif adalah sesuai apa yang akan media berikan, baik itu mengarah pada nilai positif atau negatif.Â
Selain itu pengetahuan literasi dan penenaman nilai agaknya perlu untuk terus dilakukan, mengingat angka indeks kelayakan yang semakin yang semakin mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Hal tersebut juga diperlukan untuk membangun dan memperkuat karakter bangsa, sebab mau tidak mau seiring dengan perkembangan zaman dan mudahnya akses media tidak hanya local bahkan manca Negara kasus serupa sangat mungkin akan terjadi kembali.
Paham literasi dan pembangunan nilai yang solid sangat diperlukan dalam mengahadapi perkembangan zaman dan teknologi, baik dari sisi media sebagai komunikator maupun khalayak sebagai audience. Kesadaran dari kedua pihak sangat dibutuhkan dalam setiap interaksi yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga benar dan salah atau pantas dan tidak pantas tidak menjadi rancu dan membuat pandangan kalayak menjadi bias. Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI