Tanggal 14 Januari 2017 lalu, saya meyempatkan diri untuk menghadiri acara Blogshop Photography yang diadakan oleh Kompasiana. Acara yang benar-benar buat saya. Karena, fotografi adalah ssangat penting ketika saya mulai mengenal Instagram. Kebetulan acara tersebut di adakan di Ibis Styles Bali Petitenget Hotel.
Berbagi pengalaman tentang dunia fotografi dipandu oleh fotografer professional Mas Alexander Thian (@amrazing). Saya pun baru melihat tampang aslinya. Orangnya biasa, berkacamata dan rendah hati. Yang menarik buat saya adalah kelihaiannya menjepret objek agar menghasilkan foto terbaik. Salah satu teknik yang bermanfaat untuk mendapatkan gambar yang bagus di antaranya perlunya memperhatikan Shutter Speed, Apertur dan ISO. Bukan itu saja, masalah komposisi, angle, momen dan lain-lain untuk mengambil gambar sagatlah menentukan.
Ketika para Kompasianer diberikan kesempatan oleh Mas Alexander Thian dan pihak manajemen hotel untuk berburu objek yang ada di sekitar hotel, saya memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Dan, selanjutnya gambar tersebut saya share melalui twitter. Yang membuat saya bangga adalah hasil jepretan saya diberi apresiasi oleh Mas Alexander Thian. Bisa juga ya saya, pikir saya.
Dengan adanya sharing tentang fotografi memberikan manfaat saya untuk semakin menghasilkan gambar yang baik. Apalagi, gambar tersebut sebisa meungkin untuk bisa dinikmati orang lain melalui berbagai media seperti akun media sosial (sosmed) Instagram. Saya bisa mengambil kesimpulan tentang fotografi yang dijabarkan oleh Mas Alexander Thian adalah dunia fotografi ternyata tidak sesulit yang dikira orang. Justru,kalau kita mengetahui tekniknya, fotografi adalah hal yang mengasyikkan.
Pertama kali saya memasuki lobi Ibis Styles Bali Petitenget Hotel adalah keunikan interior dan eksterior. Hotel yang terkesan alami karena banyak asesoris yang bernuansa kayu. Pegawai hotelnya pun ramah menyapa saya.
Saya berusaha untuk mengamati lobi hotel. Banyak hal-hal yang unik. Sangat menarik untuk diamati dan diambil gambarnya. Hal-hal yang berbau lokal pun masih ada seperti angklung dan meja kursi yang terbuat dari bahan kayu daur ulang. Tempat duduk atau kursi juga terbuat dari bahan bekas kaleng cat yang diberi tulisan unik.
Menu yang dihidangkan juga unik, karena saya baru mencicipinya. Ketika saya mencoba nasi bubur, sepertinya menu andalan yang berasal dari negara Italia. Rasanya pun enak di lidah. Cocok di perut saya. Yang menarik di area restoran adalah adanya hiasan patung dari kayu yang seperti mendaki. Lucu sekali. Â Â