Mohon tunggu...
Dwi Ranti Putri Ramadhani
Dwi Ranti Putri Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga. MBTI saya adalah INFP-T, dimana saya adalah tipe orang idealis, kreatif, dan peduli dengan kesejahteraan orang lain. Saya memiliki hobi di bidang musik dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Apakah Pelarangan Penggunaan Kantong Plastik Merugikan UMKM?

10 Mei 2023   21:09 Diperbarui: 10 Mei 2023   21:18 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apalagi, tidak mudah bagi para pemilik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mencari bahan kemasan plastik alternatif yang harganya tidak menekan biaya produksi. 

Di sisi lain, penggunaan bahan alternatif pengganti plastik masih jarang karena mahalnya biaya. Plastik alternatif, seperti kantong belanja dari singkong dan rumput laut masih mahal dibandingkan dengan plastik konvensional karena biaya teknologi, bahan baku yang mahal, dan proses pembuatan yang rumit. Selain itu, substitusi plastik ini tidak dipasarkan secara luas sehingga penggunaannya didominasi oleh kalangan perusahaan menengah dan besar.

Pemerintah harus mempertimbangkan untuk mendorong sektor swasta dalam berinovasi menemukan bahan alternatif untuk kantong plastik sebagai alat pengiriman makanan olahan. 

Upaya sektor swasta untuk menyediakan kantong  kedap udara yang dapat digunakan kembali untuk pengemudi atau kurir pengantaran makanan masih terbatas. Alternatif tas sekali pakai memang lebih mahal. 

Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah harus memberikan intensif kepada pihak swasta, termasuk UMKM untuk mempromosikan kemasan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun