Mohon tunggu...
Dwi Putri Rahayu
Dwi Putri Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar menulis

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Abang Resek "Bagian 05"

1 Mei 2018   08:03 Diperbarui: 1 Mei 2018   09:21 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena jika dia terlalu sering melakuan pertemuan maka kelompok konseling tidak akan menghasilkan apa-apa. Setiap pertemuan yang Kyungsoo adakan diisi dengan permainan, permainan dirasa cocok untuk anak-anak. Selama ini anak-anak bisa mengikuti dengan baik.  Tanpa mereka sadari Kyungsoo sedikit demi sedikit mencoba untuk menghilangkan trauma mereka. Mereka tanpa sadar juga menceritakan masalah mereka. 

"Cah sekarang permainan apa yang ingin kalian mainkan" Kyungsoo mencoba mereka untuk berani mengungkapkan pendapat meraka dan mencari tahu apa mereka bisa menerima pendapat yang lain atau tidak.
"Kejar-kejaran" "sepak bola" "rumah-rumahan" "main air" "petak umpet" masing-masing anak menyarakan pendapatnya tapi ada satu anak yang malah terlihat ketakutan sambil menutup matanya serta memeluk kakinya. Dia dekati anak itu dan bertanya "sayang kamu kenapa bilang pada kakak ata... " belum selesai dia berkata tiba-tiba anak itu memeluknya,  hal itu membuat anak yang lain diam,  "Rani gak suka main petak umpet" adunya sambil menangis yang bisa dilakukan Kyungsoo saat ini hanya mengusap punggungnya sambil membalas pelukan adak itu "kenapa hmm? Kenapa Rani gak suka main petak umpet?" tanyanya.
"Karena waktu itu ibu sama ayah ngajak Rani main petak umpet. Rani disuruh diam di dalam lemari, terus bilang jangan keluar sampai ibu atau ayah yang samperin. Tapi ayah ibu gak pernah samperin Rani" "Lalu Rani gak keluar dari dalam lemari, lalu bagaimana Rani bisa disini? " lanjut Kyungsoo masih dengan mengusap punggung Rani yang bergetar karena menangis " Rani gak gau kak.  Rani..." belum selesai Rani bicara dia sudah pingsan. Kyungsoo langsung menggendongnya masuk ke ruang perawatan diikuti oleh anggota kelompok yang lain, mereka juga khawatir dengan temannya. 

Kyungsoo sudah selesai memasang selang infus pada Rani, dia keluar luangan untuk menemui anak-anak yang lain guna memberi tahu keadaan Rani.  
"Rani tidak apa-apa hanya sedikit lelah saja kalian tidak usah khawatir" ucapnya pada anak-anak
"Benar kah kak,  kakak tidak bohong" salah saru dari mereka bertanya mewakili semuanya.
"Benar mana mungkin kak Kyungsoo membohongi kalian dia lan dokter yang hebat" salah satu dari pengurus menjawab pertanyaan anak tersebut.
"Benar,  sekarang kalian kembali sana jangan disini kasian kan kakak-kakak yang lain kalian tinggal" sambung Kyungsoo.  Setelah itu semuanya bubar meninggalkan Kyungsoo dan pengurus bernama Johan. 

"Ada yang ingin di tanyakan" Johan
"Ya" Kyungsoo
"Ayo ikut ke ruanganku"

Setelah berbicara dengan Johan tadi Kyungsoo tau jika Rina adalah anak yang kedua orang tuanya korban pembunuhan,  dan polisi menukan Rina di dalam lemari yang terkunci yang kuncinya telah hilang. Dan mereka juga baru tau bagaimana Rina bisa berada di dalam lemari hari ini.
Dan memang itu yang ditakutkan pengurus LPA karena Rani termasuk anak yang bisa menyembunyikan kesedihan dan lukanya dibalik senyumnya. 

Setelah kejadian itu Kyungsoo lebih memperhatikan lagi anggota kelompoknya, lebih selektif lagi memilih tindakan yang diambil. 

Waktu satu setengah yang tersisa. Sudah tinggal setengah bulan lagi,  dan perkembangan kelompok konseling sangat pesat apalagi untuk Rani sekarang lebih mengungkapkan emosi dan perasaannya. Setelah menimbang dan bertanya pada profesor dan para seniornya di rumah sakit dan menyerahkan hasil konseling yang kelompoknya jalani,  dan hari ini dia memutuskan untuk membubarkan kelompok. 

"Kakak hari ini kita mau ngapain?" tanya Rio pada Kyungsoo
"Hari ini..  Hari ini kita hanya akan melakukan tanya jawab saja,  kalian boleh bertanya pada kakak apa aja oke" ya memang itu hal terakhir yang bisa Kyungsoo karena anak anak sudah sangat normal dan bahkan bisa membantu memberi semangat pada teman-teman yang lain. 

Pertanyaan demi pertanyaan mereka tanyakan, dari mulai tinggal dimana, dulu sekolah dimana, kerja dimana,  bahkan ada yang menanyakan kesini naik apa, berapa jumlah saudaranya.
Sampai pertanyaan tentang "Ibu ya, ibu kakak sudah meninggal sejak kakak SMA dan ya begitulah, saat itu adik kakak masih sangat kecil, tapi karena dia kuat dan ayah kakak, kakak, serta kakak tertua mendukungnya sekarang dia bisa berprestasi.  Maka dari itu kalian gak boleh nyerah terua semangat banyak teman-teman dan para ayah ibu kan? " disini para pengurus dipanggil ayah ibu oleh anak-anak.
"Iya kak" jawab anak-anak kompak. 

Hari ini memang hari terakhir proses konseling kelompok tapi bukan hari terakhir pertemuan mereka,  mereka akan tetap saling memberi semangat nun tidak dengan cara terfokus dalam sistem konseling kelompok,  dan sejatinya anak-anak tidak tau bahwa mereka sedang melakukan konseling kelompok kalau mereka tau mungkin mereka akan menolak seperti yang dulu-dulu.  

Dengan berakhirnya pertemuan hari ini berakhir pula kenseling kelompok yang dipandu Kyungsoo untuk anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun