Beberapa bulan sudah berlalu, kurasa pekerjaan kami tidak ada kemajuan, tidak ada satupun murid yang datang keruang BK.Â
Hari ini saat jam istirahat rencananya kami akan mengadakan seminar untuk kelas 3 guna mensosialisasikan cara-cara masuk keperguruan tinggi  di aula. Namun sampai hampir waktunya masuk anak-anak tidak ada yang datang.Â
Jujur saja aku kecewa tapi bukan pada anak-anak, namun pada diriku sendiri yang merasa bahwa aku tidak bisa membantu anak-anak. Pak Bagus terlihat sedikit khawatir, tapi pak Min sama sekali tidak terlihat khawatir.
Hari ini aku putuskan akan memasuki satu persatu ruang kelas. Ya ternyata reaksi dari anak-anak tidak jauh dari perkiraanku, ada yang mengabaikanku, ada yang mendengarkan tami seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan, hal itu masih wajar menurutku. Yang paling parah mereka meneriakiku dan berteriak-teriak membuat keributan didalam kelas, ya aku bisa memaklumi itu.
Sesampainya diruagan BK aku sedikit merasa sakit hati pada ucapan pak Min, bohong bila aku tidak sakit hati, kalau dia mengataiku tukang cari perhatian, penjilat dan kurang kerjaan, apakah aku salah bertindak seperti ini toh ini memang tanggung jawab dan tugaskukan, salah tanggung jawab dan tugas kita pak, sedangkan pak Min yang notabennya adalah orang yang bijaksana bisa menerima ini.Â
Kenapa mereka begitu ini karena setelah aku selesai dengan urusanku tadi masuk ke kelas rupanya kepala sekolah melihatku tadi dan dia kekantor BK untuk mencariku dan mngudangku untuk datang kekantornya, saat ditanya untuk apa, beliau bilang untuk mengucapkan terimakasih, mungkin dia iri atau semacamnya. Bukan maksutku untuk tidak mengajak mereka tapi karena keadaan, pak Bagus sedang merekap nilai kelas 3, dan pak Min inggin kuajak, tapi dijak bicara saja susah.
Sudahlah aku tidak peduli yang aku pemtingkan sekarang aalah bagaimana membuat para murid memanfaatkan kami para guru BK. Setelah perjuangan yang aku da pak agus lakukan, segala jenis cara agar kami bisa dekat dengan para murid. Dari mulai masuk ke ruang kelas, ikut bergabung dengan anak-anak yang sedang nongkrongdi lapangan, kantin dan tempat-tempat tertentu. Sedikit demi sedikit sikap pak Min berubah dia mulai ikut serta dalam usaha kami, bahkan kami tiddak segan-segan memanfaatkan "ketampanan"-nya untu menarik perhatian para siswi agar bisa mau beriteraksi denga BK. Namun usaha kami tidak berjalan mulus, api masih bisa dikatakan berhasil buktinya ada beberapa siswi yang pura-pura konseling tapi sebenarnya hnya untuk curi-curi anda ada pak Min, hal ini tentu saja mengundang tawaku dan pak Bagus, dan pak Min terkadang ngedumelkarena itu.Â
Hari selanjutnya saat aku pulang kerja aku tidak sengaja melihat sala satu anak sekolahku, ebetulan hari ini aku sedang igin jalan kaki, aku mengenalinya dari seragaam yang dia pakai, sepertiya dia sedang dalam masalah dan banyak sekali orag yang mengepungnya di gang kecil itu mereka terliat seperti preman, dan anak muridku itu terlihat akan dikeroyok oleh mereka. Aku kena siapa dia, dia adalah Candra, anak yang selalu meghalang-halangi teman-temannya untuk pergi keruang BK, sebenarnya sebulan terakhir banyak anak-anak yang akan datang keruang BK tapi dihalangi olehnya, aku tau akan hal itu karena ketidak sengajaan, dan aku tidak tau apa alasannya.
 Sekarang yang terpenting dia dalam kesusahan, aku berinisiatif membantunya tapi saat aku menekat dia merasa tidak butuh bantuanku, aku haanya tersenyum, kutawarkan satu ha padanya. Kita kan taruhan jika aku berhasil mengalahkan mereka semua maka dia harus mau datang ke ruang BK dan berhenti menghalangi teman-temannya yaang igin datang ke ruang BK, awalnya dia meremehkanku tapi dia menerima tantanganku, namun dia juga mengajukan syarat bahwa jika aku gagaal maka aku harus mengundurkan diri dari sekolah.
Dan hasill taruhan itu dimenangkan oleh aku, sekarng banyak anak-anak yang datang ke ruang BK, Candra juga sekaraang sering datang, walau awalnya terpaksa karena alah dalam taruhan dan tidak mau dianggap pengecut oleh teman-temanya karena dia seolah-olah sebagai 'penguasa' sekolah. Awalnya dia tidak mau menerima kekalahan dia sangat percaya diri akan menang tapi dia tidak tau kalau aku dalah emegang sabu hitam di karate dan sering engikuti turamen saat aku kuliah dulu. Dan aku cuga merekam percakaanku dan ia tadi di handphone-ku dan langsungku kirimkan pada saudaraku,berjaga-jaga jika dia inggin menghancurkan Hpku. Dan aku juga tau aapaa asalaan dia menghalang-halangi temannya setela dia sering datang ke ruang BK.
Sejak saat itu ruang BK selalu ramai dengan anak-anak saat jam istirahat atau sepulang sekolah, sampai kami harus "mengusir" mereka saat jam istrahat sudah habis atau sudah saatnya mereka pulang. Dan Candra menjadi anak terakhir yang keluar dari ruang BK, bahkan terkadang dia sangat sulit dibujuk oleh pak Bagus dan pak Min untuk pergi kalau aku sedang tidak ada di ruang BK, dia hanya akan menurut padaku.