Tak!
Aku terkejut dan memegang dahiku dengan marah. Apa - apaan itu? Baru saja dia melayangkan jarinya untuk menjentikkan dahiku? Tidak sopan. Pelaku yang tanpa aba - aba menjentikkan jarinya ke dahiku hanya tersenyum gemas sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Hei! Apa yang-"
"Aku tidak terima!" potong Langit dengan suara lantang seperti ada api membara tak kasat mata yang berada di sekitarnya. Aku mendengus kesal, bingung dengan maksud dan tujuannya.
"Kamu!" Langit menunjukku sambil menatap kedua bola mataku dengan kilat membaranya.Â
"Aku pastikan aku akan mematahkan itu, Rum. Kamu nggak akan sendiri lagi!" lanjutnya dengan nada lantang, seperti sedang meyakinkan.
"Apa - apaan, sih?" ucapku dengan nada sebal sambil tetap memasang wajah bertanya - tanya.
Langit tidak menjawab keherananku dan hanya memasang senyuman lebar di wajahnya itu. "Mulai besok ya."
"Hah???"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H