Hal yang akhir -- akhir ini aku rasakan adalah tentang bagaimana waktu berjalan semakin cepat, membuatku tersadar bahwa tak terasa sekarang aku menjumpai Senin pagi lagi. Berangkat menuju sekolah dengan gairah yang sama dan tidak menunjukkan tanda -- tanda akan adanya antusias dalam diriku sudah menjadi hal yang wajar, terlebih bahwa hari ini adalah hari Senin. Beberapa orang menyebutnya sebagai hari yang buruk, termasuk aku yang berpikir hal yang sama. Toh, aku mulai tidak terlalu mempedulikan tentang 'hari buruk' lagi, karena pasti waktu akan tetap berputar cepat. Layaknya  hari biasanya, pasti tidak akan ada hal yang menarik terjadi.
Memasuki halaman sekolah, kedua bola mataku menangkap banyak orang yang juga mulai melangkahkan kakinya untuk menuju kelas masing - masing. Beberapa dari mereka terlihat mengeluh tentang mereka yang belum menyantap sarapan, ada yang mengeluh belum mengerjakan tugas, kelelahan karena kurang tidur, dan mencemooh "Ah, kenapa sudah senin lagi saja, sih?!".
Ya, kenapa sudah senin saja?
Aku menundukkan kepalaku dan terkekeh pelan. Merasa lucu tentang bagaimana manusia terkadang dapat memiliki pemikiran dan perasaan yang sama tanpa tekoneksi sebuah kabel. Aku terdiam dan memperhatikan sekitar, tidak ada yang menganggapku gila karena tertawa sendiri, kan? pikirku. Aku tidak menangkap sepasang mata manapun yang menatap kearahku, lagipula siapa aku?. Mengangkat bahu dengan tenang, aku mulai mengencangkan tali tasku dan berjalan kearah kelas.
"Sudah mengerjakan PR?"
      Aku yang baru saja sampai kelas dan mendudukkan diriku di kursi, langsung dilemparkan pertanyaan oleh teman sebangku-ku, Sarah. Dia mungkin merupakan satu -- satunya teman yang aku punya, memiliki ketakutan mempercayai seseorang membuatku menjadi sosok yang sulit memiliki teman dan aku sadar akan hal itu.
"Ya, kebut semalam."
Sarah terlihat memutar bola matanya malas. "Nggak seharusnya kamu terus memiliki kebiasaan seperti itu, minimal tugas itu harus segera diselesaikan jika sudah diberikan!"
"Aku bukan anak yang rajin sepertimu."
      Aku segera mengalihkan pandangan ketika melihat Guru yang mulai masuk ke dalam kelas dan mulai mendengarkan pelajaran dengan seksama. Namun, ditengah pelajaran yang sudah berlangsung lebih dari setengah jam, pintu kelas tiba -- tiba terbuka dan disana berdiri sosok yang baru saja datang. Seragamnya yang tidak rapih dan rambut yang aku yakini tidak ia sisir pun menyita perhatianku, senyuman lebar terukir di wajahnya begitu semua perhatian teralih mengarah ke sosok yang baru datang itu.