Dalam era globalisasi dan revolusi digital, pendidikan dituntut untuk menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan secara teoretis, tetapi juga mampu beradaptasi dengan tantangan secara nyata, dengan adanya perkembangan teknologi dan situasi global yang semakin rumit. Oleh karena itu diperlukan pembekalan kepada siswa tentang perkembangan global agar individu mampu menguasai keterampilan abad 21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kemampuan berkolaborasi, agar dapat beradaptasi di dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh dinamika era digital saat ini. Hal ini juga menyebabkan kebutuhan keterampilan yang lebih luas dan holistik daripada sekadar transfer pengetahuan secara konvensional, sehingga pendidikan saat ini diharapkan tidak hanya fokus pada transfer ilmu, melainkan juga pada pembentukan individu yang memiliki keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman, Dalam konteks ini, model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) telah muncul sebagai model inovatif yang sejalan dengan empat pilar pendidikan UNESCO: Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be, dan Learning to Live Together. Lalu bagaimana PBL dapat diintegrasikan dengan keempat pilar tersebut untuk membangun kompetensi abad ke-21?
Apa itu problem based learning ?
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Problem Based Learning juga merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada paradigma kontruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar siswa (student-centered learning) yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep prinsip yang dipelajarinya dari berbagai ilmu. Permasalahan sebagai fokus, stimulus dan pemandu proses belajar. Sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Beberapa manfaat utama PBL meliputi:
- Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.
- Mendorong pembelajaran kolaboratif dan keterampilan komunikasi.
- Membantu siswa menghubungkan teori dengan praktik.
- Meningkatkan motivasi belajar melalui konteks masalah yang relevan.
Membangun Kompetensi Abad ke-21 melalui PBL dan Empat Pilar Pendidikan
Dalam implementasinya problem based learning memiliki sintaks berupa 5 fase sebagai berikut: (1) mengorientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk meneliti; (3) membantu investigasi mandiri dan berkelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dari sintaks ini Implementasi PBL dapat secara langsung diintegrasikan dengan empat Pilar Pendidikan UNESCO untuk membangun kompetensi abad-21 siswa
Learning to Know (Belajar untuk Mengetahui): artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang dalam, hal ini dapat diartikan bahwa siswa harus memiliki pemahaman yang bermakna terhadap proses pembelajaran mereka. Dalam PBL, siswa didorong untuk mengembangkan rasa ingin tahu melalui eksplorasi pengetahuan dalam menyelesaikan masalah yang nyata yang diberikan. Sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna, dalam hal poin siswa sudah mendapati keterampilan Critical Thinking Â
Learning to Do (Belajar untuk Melakukan): problem based learning juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah secara langsung dan dengan menyelesaikan masalah yang relevan ini, siswa belajar menerapkan pengetahuan teoretis ke dalam praktik tentunya dengan kolaborasi bersama kelompok. Integrasi ini juga sesuai dengan tuntutan abad ke-21, yaitu Critical Thinking, Creativity, Collaboration dan Communication
Learning to Be (Belajar untuk Menjadi): Pilar ini berfokus pada pengembangan individu, termasuk aspek emosional, moral, dan sosial. Dalam pelaksanaan PBL, siswa merefleksikan peran mereka sebagai pebelajar dan masyarakat itu sendiri, Â Proses kolaborasi dalam PBL juga membantu siswa membangun empati, tanggung jawab, dan rasa percaya diri antar anggota kelompok, pada tahap ini siswa juga sudah menerima kemampuan abad ke 21 yakni Collaboration dan Communication
Learning to Live Together (Belajar untuk Hidup Bersama): Dalam Proses belajar  problem based learning penyelesaian masalah berbentuk kerja kelompok, PBL mendorong siswa untuk bekerja sama, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik secara langsung. Pilar ini sangat relevan dengan kemampuan abad ke 21 tentunya pada poin Collaboration dan Communication
Kesimpulan