Mohon tunggu...
Dwi Putranto
Dwi Putranto Mohon Tunggu... -

I am a civil engineer from ITB, especially asphalt engineering. I am also a Pastor in Christian Church. I like writing a song, singing, drawing, teaching, writing and traveling.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kemoterapi: benarkah menyakitkan? Sebuah kesaksian

29 Januari 2011   12:35 Diperbarui: 4 April 2017   18:21 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang divonis menderita kanker, itu seakan-akan vonis hukuman mati. Banyak pasien yang langsung drop ketika diagnosa disampaikan. Tidak dipungkiri bahwa penyakit ini 'dekat' dengan kematian, akan tetapi ratingnya masih di bawah penyakit jantung dan stroke. Mungkin yang membuat nyali ciut adalah pengobatan kemoterapi yang konon begitu mengerikan. Belum lagi biaya yang super besar. Akan tetapi sesungguhnya semuanya adalah pertempuran di pikiran, dimana kita terlalu banyak 'mendengar' dan 'membaca di internet' sehingga ketakutanlah yang lebih dahulu menguasai kita.

Tetapi benarkah kemo begitu mengerikan? Bagi beberapa pasien, ya! Tapi tidak semua pasien. Ketika istri saya divonis menderita kanker payudara stadium 4, pastilah yang terbayang adalah pengobatan kemo yang konon begitu menyakitkan. Beberapa kawan mengatakan bahwa saudaranya menolak untuk dikemo lagi karena menyakitkan. "Lebih baik mati daripada dikemo lagi," demikian kata mereka. Wah, sudah pasti pikiran berkecamuk heboh. Tetapi tidak ada pilihan. Dibulatkanlah tekad.

Melihat persiapan suster akan melakukan kemo, wah memang kesannya mengerikan. Suster mengenakan sarung tangan berlapis-lapis dan masker tebal. Kenapa? Mereka takut ketetesan obat kemo. Terbayang bahwa 'racun' yang akan bereaksi dengan kulit dimasukkan ke dalam darah. Ketika dimasukkan, ada rasa panas menjalar. Begitu selesai, mulailah pikiran mempersiapkan mental untuk menghadapi kejutan berikutnya: rasa mual yang dahsyat, pusing, menggigil dll. Satu hari berlalu. Dua hari. Dan seterusnya ternyata tidak ada reaksi yang berarti. Mengapa bisa begitu?

Jawabannya: kesiapan mental, semangat dan sukacita. Ketika pikiran sudah memblok bahwa kemo menyakitkan, ya itu yang akan terjadi. Sebaliknya, ketika pikiran diperintahkan untuk positif dan menerima dengan sukacita, maka kemo bukanlah hal yang menyakitkan.

Tetapi apakah efektif? Sayangnya bagi istri saya pengaruhnya tidak terlalu besar. Diperkirakan hanya 25% saja obat kemo yang efektif sampai ke sel kanker. Sisanya menyerang sel-sel yang lain karena dimasukkan ke dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Akan tetapi saat ini kemoterapi tetap merupakan cara pengobatan medis kanker yang diakui di seluruh dunia.

Di beberapa negara sekarang sistem kemoterapi sudah lebih dimodernisasi. Obatnya tetap sama, tetapi caranya tidak melalui infus melainkan dengan sistem kateterisasi, disebut TACE atau Cheru (bahasa Mandarin) atau kemo lokal, istilah kita. Selang dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui pangkal paha, diarahkan ke lokasi kanker (misal payudara, paru-paru dll), kemudian obat kemo disemprotkan langsung ke lokasi kanker. Efektif, jelas. 90% obat kemo yang disemprotkan langsung kena ke sasaran. Pada saat penanganan pasien hanya dibius lokal, sehingga bisa melihat proses tersebut melalui monitor. Sakit? Relatif tidak sakit menurut sebagian besar pasien.

Ketika istri saya menerima kemo lokal, perkembangannya sangat positif. Benjolan tumor di payudara yang tadinya sebesar 8,2 x 10 cm langsung menciut menjadi 2,5 x 2,5 cm hanya sekali kemo lokal. Selanjutnya dilakukan hingga 4 kali, dikombinasi dengan operasi, sehingga ketika benjolan dibiopsi hasilnya sel kankernya sudah mati.

Mungkin permasalahan utama adalah biaya. Dibandingkan kemo infus, biasanya 3 - 4 kali lipat. Obatnya sama, tetapi yang mahal adalah tindakan kateterisasinya karena biasanya dokter sekaligus menutup pembuluh-pembuluh darah yang mengarah ke tumor (diblokade). Di Jakarta sudah ada RS yang dapat melakukannya, akan tetapi jam terbang terbesar tentunya di Cina.

Jadi jika anda atau anggota keluarga anda ada yang menderita kanker dan harus dikemoterapi, kuatkanlah mental dan pikiran anda. Istri saya sebagai saksi bahwa kengerian yang biasanya menyertai kemoterapi tidak dia alami karena menghadapinya dengan semangat, positif dan sukacita. Jika memang punya dana lebih, tidak ada salahnya mencoba kemo lokal/TACE/Cheru.

Get well soon!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun