Mohon tunggu...
Dwi Purnawan
Dwi Purnawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah seorang pegiat literasi digital dan jurnalis di salah satu media online lokal di Jawa Timur

Lifetime learner | be a super dad | online jurno

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inspirasi dari Para Inspirator Industri Kreatif di "Kopiwriting" JNE

30 Agustus 2018   09:39 Diperbarui: 30 Agustus 2018   10:28 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Luar biasa. Demikianlah kata yang tepat untuk menggambarkan pergeseran dunia industri sejak demam digital melanda. Pergeseran industri tersebut dari industri yang hanya mengandalkan kekuatan manual, bergeser ke industri kreatif digital yang ternyata perkembangannya sangat pesat.

Head of Marketing Communication Perusahaan jasa kurir ekspres dan logistik Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Mayland Hendrar Prasetyo saat berbincang dalam saat talkshow interaktif "Kopiwriting" bersama Kompasiana dengan tema "Industri Kreatif di Era Digital" di Hotel Aston Inn Semarang, Rabu (29/8/2018) menyebut bahkan slogan JNE saat ini adalah "7 paket per detik" ke seluruh Indonesia.

Ini menggambarkan betapa digitalisasi industri, salah satunya melalui bisnis online, tidak hanya konvensional, telah menjadi salah satu "bentuk baru" dunia bisnis dan industri di tanah air.

Bahkan, marketplace dan perusahaan industri digital di Indonesia, banyak menggelontorkan dana besar untuk menyukseskan tren bisnis di dunia industri kreatif. Sebut saja "Go-Jek", Grabb, belum lagi marketplace -- marketplace terkemuka lainnya.

Saat ini, di era digitalisasi, progres sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berkembang, terutama dari kalangan milenial yang banyak menjadi Youtuber atau pelaku bisnis online.

JNE sendiri, menurut Mayland, juga terus membantu menyukseskan industri kreatif di era digital tersebut, salah satunya pelatihan UMKM. Pihak JNE, kata dia, sudah tahun ketiga mengadakan pelatihan UMKM. Data dari JNE menyebutkan sebanyak 1.860 UMKM yang aktif bertransaksi untuk wilayah Semarang yang mencakup 23 kabupaten/kota.

Dia mengatakan JNE mengajak para pelaku UMKM memanfaatkan berbagai fasilitas atau produk layanan, seperti JLC (JNE Loyalty Card) untuk mengapresiasi dengan perolehan poin hingga JNR (JNE Trucking) untuk pengiriman.

Pesatnya perkembangan industri kreatif di era digital saat ini juga dirasakan jasa pengiriman JNE tersebut. Mayland mengatakan dalam sebulan, pihaknya menangani 20 juta kiriman. "Untuk Semarang, kontribusinya sekitar 3-4 persen, ada kenaikan 30-40 persen dari tahun ke tahun, terutama dari kiriman layanan belanja online,"kata dia.

Sementara, Chief Executive Officer (CEO) Identix Batik Irma Susanti sendiri menceritakan kisah suksesnya mengelola bisnis batik dengan brand yang semakin digandrungi.

Awalnya, Irma menceritakan dirinya sebelum terjun ke dunia UMKM dan bisnis adalah karyawan di salah satu perusahaan swasta luar negeri ternama. "Kemudian saya berfikir, kalau saya dibayar untuk mempromosikan dan menjual produk luar negeri di Indonesia, harusnya saya juga bisa menjual dan mempromosikan produk dalam negeri ke luar negeri,"kata dia.

Pemikiran tersebut akhirnya membuat Irma resign dari perusahaan tersebut dan berani mendirikan bisnis sendiri di PT Identik Pratama Indonesia dengan produk utamanya Identix batik.

Saat ini, batik identix menjadi salah satu batik premium di Semarang pada khususnya. Irma mengatakan keunggulan dari batik itu adalah dirinya sendiri yang membuat motif dan desainnya.

Tujuan dari batik yang berkonsep custom ini adalah agar motifnya tidak sama dengan motif di butik-butik batik lain. Sesuai dengan namanya, Identix, Irma menempatkan batik sebagai identitas karakter pemakainya.

Nama Indentix sendiri dipakai demi menonjolkan kesan lain dari yang lain. Serta, Irma ingin menyampaikan agar batik tetap dikenal sebagai identitas bersama bangsa Indonesia, selain dirinya juga terinspirasi membuat batik sesuai dengan sejarah bangsa, sesuai saat dirinya dulu kuliah.

Mengenai pemasaran, perempuan yang merupakan alumnus jurusan Anthropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang ini menyasar kalangan menengah atas. Dan hingga kini, Identix batik menjadi pegiat industri kreatif era digital yang cukup sukses.

Dalam kesempatan tersebut, narasumber talkshow lainnya, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi IUMKM Akumandiri Jawa Tengah Madiyo Sriyanto berkomitmen akan terus mendorong pertumbuhan usaha para pelaku industri UMKM di berbagai daerah, untuk dapat bersaing di pasar Internasional.

"Asosisasi ini sebagai wadah IUMKM akan terus mendorong pertumbuhan usaha mereka di berbagai daerah, sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing berbagai produknya baik di pasar domestik maupun ekspor,"ujar Madiyo.

Upaya itu, lanjutnya, akan dilakukan dengan memfasilitasi dan penataan hubungan antara UMKM dan pemerintah, perbankkan, pengusaha dan sesama UMKM.

Dengan pemaparan para narasumber dalam talkshow tersebut, industri kreatif di era digital melalui UMK ini rupanya sangat didukung oleh berbagai pihak. Tentunya ini menjadi hal positif bagi kemajuan industri di tanah air, utamanya dalam menyukseskan Indonesia memberantas kemiskinan menuju kesejahteraan rakyat seluruh Indonesia.

Bagaimana kawan, tertarik untuk menjalankan bisnis kreatif di era digital?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun