Mohon tunggu...
Dwi Purnawan
Dwi Purnawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah seorang pegiat literasi digital dan jurnalis di salah satu media online lokal di Jawa Timur

Lifetime learner | be a super dad | online jurno

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Antara Teh Poci, Duren dan Ayam Panggang Kajen

7 Januari 2013   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:24 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mabk duren yang pertama saya alami ketika saya lagi awal2 jadi aktivis kampus saat kuliah S1 dulu. Waktu itu saya bersama satu teman yang kebetulan memiliki kesejahteraan di bidang perbadanan (aliran tambunisme) sedang survey tempat untuk agenda pelatihan kepemimpinan. Karena memang sedang hujan, akhirnya kami bersepakat untuk berteduh di kedai duren. Akhirnya kami berdua bersepakat pula untuk pesta duren. 8 duren kami habiskan dalam tempo yang singkat. WOWW!!

Akhirnya tetiba dikos, baru teeasa efeknya, bau mulut dan kentut yang khas, disertai dengan kepala yang gliyengan. Mabok duren dengan ciri serupa juga pernah saya alami ketika saya pesta duren dengan mas Pidi winata dan Presma Unnes kala itu, Sustiyo. Lalu akhirnya saya berkesimpulan dengan peristiwa ini, ketika menikmati sesuatu yang menyenangkan, janganlah berlebihan, sebab yang berlebihan itu bisa jadi tidak baik bagimu. Nikmati sesuatu ala kadarnya. Maka akan terasa sangat nikmat. Mungkin rumus ini berlaku juga untuk selain duren.

Ayam Panggang Kajen

Kalau yang ketiga ini, saya alami baru saja kemarin, saat selesai meliput agenda di Kajen, Kabupaten Pekalongan. Karena memang suasanana yang hujan, akhirnya hati dan pikiran saya bersepakat untuk menunda perjalanan ke semarang sejenak.

Lalu sang mata ini tertuju pada warung makan di pinggir jalan, yang menyajikan ayam kampung panggang mas Adi. Karena memang saya penasaran, sayapun menghentikan laju kendaraan saya dan ingin menikmati ayam penggang tersebut. Ternyata oh ternyata, rasanya tak mengecewakan. Lidah saya langsung bergoyang hebat saat menikmati perpaduan ayam kampung panggang yang dibumbu dengan sambal kacang sate, dan nasi uduk beserta sambal yang sungguh2 nikmat.

Terus terang saya baru pertama kali menikmati penyetan dengan konsep dipanggang, dengan bumbu dan sambal mirip dengan sambal bumbu sate, menjadikan ayam panggan tersebut lebih hidup. Rumusnya. Ayam Panggang kajen+nasi+es teh= enak dan nikmat. Akan terasa istimewa sebenarnya kalau makannya ada yang menemani.. hehehehe

Nah, begitulah kisah saya saat bertemu dengan kuliner-kuliner yang megnginspirasi saya untuk terus mencoba kuliner lainnya, kuliner yang membuat saya jatuh hati kepada ketiganya, sampai sekarang. Hemmmm..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun